kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspor bulan Juli naik, Mendag harap penguatan rantai nilai domestik dipertahankan


Minggu, 23 Agustus 2020 / 10:52 WIB
Ekspor bulan Juli naik, Mendag harap penguatan rantai nilai domestik dipertahankan
ILUSTRASI. Menteri Perdagangan Agus Suparmanto


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Neraca perdagangan Indonesia pada bulan Juli kembali surplus. Hal ini terjadi setelah ekspor Indonesia pada bulan Juli meningkat 14,3% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi US$ 13,7 miliar. Di sisi lain, impor justru turun 2,7% dibanding Juni 2020.

Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menilai, kenaikan ekspor dan penurunan impor ini disebabkan pelaku ekonomi lebih mengoptimalkan ketersediaan produk dalam negeri.

"Kami mulai melihat penguatan rantai nilai domestik di mana para pelaku ekonomi lebih mengoptimalkan ketersediaan produk-produk di dalam negeri. Momentum penguatan rantai nilai domestik ini harus dipertahankan sebagai motor pendorong pertumbuhan ekonomi nasional," kaya Agus dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Minggu (23/8).

Baca Juga: Mendag Agus Suparmanto sampaikan langkah strategis dalam Rakor Bidang Perekonomian

Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis, surplus perdagangan bulan Juli 2020 capai US$ 3,3 miliar. Jumlah ini lebih tinggi ketimbang surplus neraca dagang bulan Juni 2020 yang sebesar US$ 1,2 miliar.

Menurut Agus, adanya peningkatan neraca perdagangan ini didorong oleh perbaikan neraca perdagangan nonmigas dengan mitra dagang utama seperti Amerika Serikat, Jepang, serta Singapura.

"Bahkan neraca nonmigas Indonesia dengan Singapura pada Juli 2020 kembali surplus, setelah pada bulan sebelumnya mengalami defisit," terang Agus.

Agus menambahkan, negara dagang di Januari-Juli yang surplus US$ 8,7 miliar ini lebih baik dari periode yang sama tahun sebelumnya yang justru mencatat defisit US$ 2,2 miliar. Dia menilai, perbaikan neraca perdagangan ini disebabkan penurunan impor lebih tajam daripada penurunan ekspor.

Produk ekspor nonmigas yang tumbuh signifikan adalah logam mulia dan perhiasan/permata serta kendaraan dan bagiannya.

"Peningkatan nilai ekspor logam mulia disebabkan adanya kenaikan harga emas dunia pada Juli 2020 sebesar 6,6% (mom). Sedangkan peningkatan ekspor kendaraan dan bagiannya menunjukkan produk otomotif asal Indonesia semakin kompetitif dan digemari di pasar Asia,” lanjut Agus.

Baca Juga: Ekspor membaik, Mendag optimistis kinerja sektor perdagangan kembali pulih

Adapun, ekspor logam mulai dan perhiasan/permata paling banyak ditujukan ke Swiss, Hongkong dan Singapura. Sementara kendaraan dan bagiannya di ekspor ke Filpina, Vietnam dan Jepang.

Sementara itu, bila melihat kinerja ekspor nonmigas, sejak Januari-Juli 2020, terjadi penurunan sebesar 4% dibandingkan periode yang sama 2019. Agus menilai, hal ini seiring dengan kondisi perekonomian global yang belum pulih akibat pandemi Covid-19.

Di kuartal II 2020, beberapa negara tujuan ekspor Indonesia telah memasuki masa resesi ekonomi, seperti Jepang, Singapura, Filipina, Hongkong, Jerman, Italia, Spanyol, Arab Saudi, Inggris, Belgia dan Prancis.

Namun, ekspor nonmigas Indonesia pada semester I tahun ini masih meningkat ke beberapa pasar utama yakni China, Australia, Pakistan dan AS. 

Sementara untuk kinerja impor di Juli yang menurun 2,7%, disebabkan turunnya impor barang konsumsi dan impor bahan baku/penolong.

Barang impor yang mengalami penurunan terbesar adalah kendaraan dan bagiannya, gula dan kembang gula serta sayuran. Agus menerangkan, penurunan impor gula dikarenakan sudah masuknya musim panen tebu, sehingga produksi gula dalam negeri mulai meningkat.

Impor sayuran juga menurun lantaran aturan impor hortikultura untuk bawang putih dan bawang bombai yang sudah kembali normal mengingat sebelumnya diterapkan kebijakan relaksasi impor.

Baca Juga: Neraca dagang bulan Juli 2020 surplus US$ 3,26 miliar, ini penyebabnya

Pada Januari-Juli 2020, total impor mencapai US$ 81,4 miliar atau turun 17,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan impor ini karena impor seluruh jenis barang melemah, mulai dari barang modal, barang konsumsi hingga bahan baku/penolong.

Agus juga mengatakan penurunan impor ini akibat terganggunya rantai nilai global karena Covid-19, dan karena banyak aktivitas industri yang terpaksa berhenti karena penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×