Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Anna Suci Perwitasari
Agus menambahkan, negara dagang di Januari-Juli yang surplus US$ 8,7 miliar ini lebih baik dari periode yang sama tahun sebelumnya yang justru mencatat defisit US$ 2,2 miliar. Dia menilai, perbaikan neraca perdagangan ini disebabkan penurunan impor lebih tajam daripada penurunan ekspor.
Produk ekspor nonmigas yang tumbuh signifikan adalah logam mulia dan perhiasan/permata serta kendaraan dan bagiannya.
"Peningkatan nilai ekspor logam mulia disebabkan adanya kenaikan harga emas dunia pada Juli 2020 sebesar 6,6% (mom). Sedangkan peningkatan ekspor kendaraan dan bagiannya menunjukkan produk otomotif asal Indonesia semakin kompetitif dan digemari di pasar Asia,” lanjut Agus.
Baca Juga: Ekspor membaik, Mendag optimistis kinerja sektor perdagangan kembali pulih
Adapun, ekspor logam mulai dan perhiasan/permata paling banyak ditujukan ke Swiss, Hongkong dan Singapura. Sementara kendaraan dan bagiannya di ekspor ke Filpina, Vietnam dan Jepang.
Sementara itu, bila melihat kinerja ekspor nonmigas, sejak Januari-Juli 2020, terjadi penurunan sebesar 4% dibandingkan periode yang sama 2019. Agus menilai, hal ini seiring dengan kondisi perekonomian global yang belum pulih akibat pandemi Covid-19.
Di kuartal II 2020, beberapa negara tujuan ekspor Indonesia telah memasuki masa resesi ekonomi, seperti Jepang, Singapura, Filipina, Hongkong, Jerman, Italia, Spanyol, Arab Saudi, Inggris, Belgia dan Prancis.
Namun, ekspor nonmigas Indonesia pada semester I tahun ini masih meningkat ke beberapa pasar utama yakni China, Australia, Pakistan dan AS.