kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Ekonom: Selama pengetatan PPKM tidak drastis, dampaknya ke ekonomi tidak akan besar


Senin, 14 Juni 2021 / 19:20 WIB
Ekonom: Selama pengetatan PPKM tidak drastis, dampaknya ke ekonomi tidak akan besar
ILUSTRASI. Seorang warga berjalan di kawasan yang menerapkan lockdown skala mikro. ANTARA FOTO/Fauzan/nz


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren kenaikan kasus Covid-19 menunjukkan peningkatan pasca libur lebaran. Bahkan tren kenaikan dikhawatirkan hampir mendekati angka 2 juta kasus.

Ekonom dan Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengatakan, terkait lonjakan yang terjadi di Kudus, Jawa Tengah dan Bangkalan Jawa Timur tidak akan berdampak besar pada perekonomian selama pemerintah tidak melakukan pengetatan PPKM secara drastis.

"Selama pengetatan PPKM tidak dilakukan secara drastis, dampaknya ke ekonomi tidak akan terlalu besar. Penurunan aktivitas ekonomi lebih dikarenakan masyarakat membatasi diri sendiri dalam beraktivitas ekonomi," kata Piter saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (14/6).

Diketahui Kudus sendiri merupakan daerah dengan jumlah industri manufaktur yang cukup banyak. Salah satunya ialah adanya produksi rokok yang berada di kota kretek tersebut.

Piter menambahkan, dengan adanya kenaikan kasus saat ini menjadi fakta bahwa pandemi Covid-19 ini masih sangat sulit diprediksikan kapan bisa berakhir. Sementara itu, dunia usaha tak dapat selamanya menunggu, lantaran data tahan mereka yang terbatas. "Oleh karena Itu pendekatannya di banyak negara juga berubah. Tidak mungkin lagi kita melakukan lockdown ketat," imbuhnya.

Baca Juga: Penerbitan obligasi korporasi tahun ini sudah naik 44,3% dari periode yang sama 2020

Saat ini langkah yang dapat dilakukan pemerintah ialah tetap memberikan ruang gerak agar ekonomi tetap bergerak. Tentunya Piter menekankan penerapan protokol kesehatan harus tetap dilakukan secara ketat dan disiplin. Selain itu vaksinasi juga diminta untuk terus dipercepat.

"Kenaikan kasus terakhir ini lebih dikarenakan kelengahan dimana disiplin masyarakat melaksanakan prokes menurun. Sementara itu ada virus-virus varian baru," imbuhnya.

Melihat kondisi sekarang Piter tak yakin target pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua yang dicanangkan pemerintah sekitar 7% dapat tercapai. Adapun sejak awal Piter juga memprediksi pertumbuhan ekonomi kuartal belum dapat menyentuh 7%.

"Sejak awal saya tidak meyakini bisa mencapai 7%. Kenaikan kasus saat ini belum berdampak, karena belum diikuti dengan pembatasan aktivitas sosial ekonomi yang lebih ketat," kata Piter.

Sebagai informasi, laju kasus harian Covid-19 di Indonesia beberapa hari terakhir mengalami tren kenaikan. Dilansir dari website resmi covid19.go.id per 14 Juni 2021 jumlah angka positif di Indonesia mencapai 1,91 juta orang dan angka kesembuhan 1,75 juta orang.

Selanjutnya: Lonjakan kasus Covid-19 perberat pencapaian target pertumbuhan ekonomi kuartal II

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×