kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekonom Samuel: Efisiensi belanja modal dan barang bakal tekan laju ekonomi


Rabu, 28 Agustus 2019 / 23:29 WIB
Ekonom Samuel: Efisiensi belanja modal dan barang bakal tekan laju ekonomi
ILUSTRASI. Lana Soelistianingsih, Chief Economist Samuel Sekuritas


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hingga Juli 2019 lalu, penerimaan negara belum menunjukkan perbaikan. Kondisi penerimaan negara yang tertekan membuat ruang belanja lebih terbatas. Maka, pemerintah berencana untuk melakukan langkah efisiensi di beberapa pos belanja.

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menilai langkah efisiensi yang dilakukan pemerintah adalah strategi untuk menjaga defisit anggaran.

Efisiensi yang bakal dilakukan merupakan bentuk konsekuensi dari melemahnya penerimaan negara. "Konsekuensinya kalau penerimaan melambat seperti saat ini, belanjanya harus direm juga," kata Lana pada Kontan.co.id, Rabu (28/8).

Baca Juga: Ekonom Stanchart: Agar ekonomi melaju kencang, investasi harus terus didongkrak

Ia berpendapat pemerintah bisa melakukan efisiensi untuk subsidi. Hal tersebut dapat dilakukan karena proyeksi patokan beberapa faktor seperti harga minyak mentah dan nilai tukar rupiah tahun 2019 berada di bawah proyeksi.

"Harga minyak mentah saat ini tidak setinggi yang diasumsikan pemerintah yaitu US$ 70 per barel. Saat ini harganya sekitar US$ 50 - US$ 60 per barel. Dari sisi Rupiah yang awalnya diasumsikan sampai Rp 15.000, saat ini bertahan di kisaran Rp14.000 - Rp 14.500. Itu bisa mengurangi besaran subsidi. Jumlah volumenya tetap, hanya nominalnya yang berkurang. Dari situ pemerintah bisa mengurangi belanjanya," jelas Lana.

Ia mengungkapkan jika efisiensi belanja dilakukan untuk subsidi tidak akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi. Tetapi jika efisiensi dilakukan untuk belanja modal atau barang, akan berpengaruh pada besaran pertumbuhan ekonomi.

"Misal efisiensi untuk lelang proyek, kalau itu bakal pengaruh ke pertumbuhan ekonomi. Karena ada faktor pendorong yang tertekan, yaitu konsumsi rumah tangga," katanya.

Baca Juga: RDK OJK : Stabilitas keuangan dijaga di tengah perlambatan ekonomi global

Selama ini ada empat faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia, yaitu konsumsi rumah tangga (masyarakat), ekspor, belanja pemerintah, dan investasi. Pada kuartal III dan IV, belanja pemerintah diharapkan mampu menjadi penopang untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

"Harapannya dari pengeluaran pemerintah itu bisa lebih tinggi (pertumbuhan ekonomi). Tapi kalau sekarang pemerintah mau melakukan efisiensi ya itu akan mengurangi daya dorong dari fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi. Sementara dari investasi kita tidak banyak berharap, apalagi ekspor," pungkas Lana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×