Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah mencatat defisit tak terduga mencapai US$ 1,63 miliar pada April 2018, neraca perdagangan Mei 2018 diperkirakan kembali mencatat defisit. Namun, defisitnya diperkirakan akan lebih rendah dari US$ 1 miliar.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, kinerja impor di Mei tampaknya masih akan tinggi karena ada keterlambatan impor dari bulan sebelumnya. Utamanya, impor barang konsumsi karena juga berkaitan dengan permintaan saat ramadan.
Tak hanya itu, besarnya impor juga ada pengaruh pelemahan rupiah, walaupaun masih lebih tinggi kenaikan volume dibandingkan dnegan kenaikan harganya. "Teman saya impor dari China jualan di Tanah Abang, volumenya sama tetapi pada akhirnya menaikan harga jualnya," kata Lana kepada Kontan.co.id, Senin (11/6).
Sementara itu, pelemahan rupiah tak lantas membuat ekspor meningkat tinggi. Sebab kata Lana, ekspor Indonesia masih sangat tergantung dengan harga komoditas. Terutama barubara dan CPO yang belum membaik, meski harga minyak naik tinggi. "Minyak mungkin yang membantu ekspor," tambah dia.
Peneliti Senior Center of Reform on Economic (CORE) Mohammad Faisal mengatakan, peluang defisit neraca perdagangan di Mei lalu cukup besar, meski tak setinggi defisit April. Pihaknya juga memperkirakan, defisit kali ini akan ada di bawah US$ 1 miliar.
Utamanya, disebabkan oleh kinerja impor yang kembali meningkat. "Karena ada kenaikan impor migas dan nonmigas akibat pelemahan rupiah dan kenaikan harga minyak," kata Faisal.
Sementara ekspor kata Faisal, relatif masih lemah lantaran tekanan dari negara-negara mitra utama terhadap ekspor CPO dan batubara Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News