Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. MNC Sekuritas mengingatkan adanya potensi peningkatan harga (inflasi) yang lebih tinggi pada tahun 2022. Dengan demikian, lembaga tersebut mengerek proyeksi inflasi pada tahun ini.
Ekonom MNC Sekuritas, Tirta Widi Gilang Citradi, memperkirakan, inflasi pada 2022 berada di kisaran 3,0% year on year (yoy) hingga 3,7% yoy, dengan titik tengah 3,4% yoy. Ini lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya yang sekitar 2,6% yoy hingga 3,0% yoy dengan titik tengah 2,8% yoy.
Tirta melihat, selama dua tahun bergelut dengan pandemi Covid-19, tingkat inflasi Indonesia memang cenderung rendah dan terjaga. Nah, seiring dengan kondisi ekonomi yang membaik, tingkat inflasi mulai meningkat pada kuartal III-2021 dan berlanjut hingga saat ini.
Sedangkan pada tahun ini, selain perbaikan ekonomi, rupanya ada hal-hal lain sehubungan dengan kebijakan pemerintah maupun peristiwa yang akan mendorong tingkat inflasi untuk naik lebih tinggi.
Baca Juga: Selain BLT Minyak Goreng, Pemerintah Bakal Guyur Beragam Program Bantuan Lainnya
Seperti peningkatan harga komoditas, terutama minyak goreng dan bahan bakar, peningkatan cukai tembakau, hingga peningkatan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 10% menjadi 11% per 1 April 2022.
“Dengan asumsi harga minyak ada di kisaran Rp 20.000 hingga Rp 25.000, harga rokok meningkat 3% hingga 4%, dan peningkatan tarif PPN tersebut, maka perkiraan akan tingkat inflasi tahun ini ada di kisaran angka tersebut,” ujar Tirta dalam laporannya, Rabu (6/4).
Namun, Tirta juga mengingatkan, perkiraan inflasi tersebut masih belum menghitung peningkatan harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia, sehingga kalau harga BBM meningkat maka inflasi bisa lebih tinggi lagi.
Baca Juga: Harga Komoditas Global Melonjak, Program Perlindungan Masyarakat Diintensifkan
Lebih lanjut, dengan kondisi tersebut, Tirta memperkirakan BI akan mengerek suku bunga acuan sebanyak dua hingga tiga kali peningkatan, dengan masing-masing naik 25 basis poin (bps).
“Wajar bagi BI untuk mempertahankan suku bunga riil positif yang menarik untuk menjaga harga dan mata uang stabil seiring dengan kenaikan GWM dari 3,5% menjadi 6,5%,” tandas Tirta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News