kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekonom: Demi jaga stabilitas, kebijakan BI tepat apabila mengikuti kebijakan The Fed


Senin, 11 Februari 2019 / 15:17 WIB
Ekonom: Demi jaga stabilitas, kebijakan BI tepat apabila mengikuti kebijakan The Fed


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kendati berbagai negara mulai melakukan normalisasi kebijakan moneter, Bank Indonesia (BI) akan tetap hawkish mengenai kebijakan suku bunga acuan. Kebijakan ini diambil BI untuk menjaga stabilitas eksternal. Terutama nilai tukar rupiah dan defisit transaksi berjalan.

"Kebijakan bunga dari BI masih akan bergantung pada kondisi inflasi maupun nilai tukar domestik," jelas ekonom Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, Senin (11/2).

Sedangkan, Myrdal memperkirakan inflasi pada tahun ini akan berada di bawah 4%. Dengan asumsi produsen mulai melakukan kenaikan harga produk yang tertunda tahun lalu, serta rasionalisasi kebijakan ekonomi yang dilakukan paska kabinet baru terpilih pada akhir tahun.

Sementara nilai tukar rupiah masih dipengaruhi oleh arus masuk modal asing alias inflow di pasar keuangan maupun neraca transaksi berjalan yang masih defisit. Sedangkan inflow di pasar keuangan masih banyak berasal dari investasi portofolio. Sehingga nilai tukar rupiah juga masih diperkirakan tidak stabil.

Sehingga untuk menjaga ketahanan eksternal, Myrdal melihat kebijakan BI tepat apabila mengikuti perkembangan kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed. Apalagi dengan kondisi internal seperti yang dipaparkan Myrdal. "Apabila The Fed tidak hawkish, pun demikian dengan BI," ujar Myrdal.

Kebijakan BI masih perlu mengikuti kebijakan The Fed karena berimplikasi pada nilai imported inflation alias inflasi barang impor maupun kebijakan moneter atau fiskal ke depannya. Myrdal memproyeksikan The Fed akan menaikkan suku bunga dua kali tahun ini, yang berarti juga akan diikuti oleh BI.

Pengetatan suku bunga BI nantinya akan berpengaruh pada likuiditas perbankan. Apalagi saat banyak terjadi capital outflow alias arus keluar modal asing. Saat kondisi itu terjadi, jelas Myrdal, BI perlu melakukan pelonggaran kebijakan untuk Giro Wajib Minimum (GWM), Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) dan Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×