CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.386.000   -14.000   -1,00%
  • USD/IDR 16.295
  • IDX 7.288   47,89   0,66%
  • KOMPAS100 1.141   4,85   0,43%
  • LQ45 920   4,23   0,46%
  • ISSI 218   1,27   0,58%
  • IDX30 460   1,81   0,40%
  • IDXHIDIV20 553   3,30   0,60%
  • IDX80 128   0,57   0,44%
  • IDXV30 130   1,52   1,18%
  • IDXQ30 155   0,78   0,50%

Ekonom CSIS nilai bansos tak seharusnya dikurangi, tapi perlu diefektifkan


Rabu, 14 April 2021 / 17:53 WIB
Ekonom CSIS nilai bansos tak seharusnya dikurangi, tapi perlu diefektifkan
ILUSTRASI. Suasana pencairan Bantuan Sosial Tunai (BST) di RW02?Kelurahan Bedahan, Depok. KONTAN/Baihaki


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perekonomian dunia selama pandemi Covid-19 melanda lebih banyak ditopang oleh fiskal atau anggaran negara. Kepala Departemen Ekonomi Centre of Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri menjelaskan, konsekuensi dari kebijakan ini ialah terjadi defisit dan pembiayaan atau utang yang bertambah.

Bila dilihat dari rasio utang terhadap PDB Indonesia yang biasanya hanya 30%, saat ini naik menjadi hampir 40%. Kondisi tersebut dinilai tidak dapat dibiarkan terus berlanjut. Artinya kata Yose, perlu mulai dipikirkan strategi ke depan untuk menyikapi hal tersebut.

"Tahun depan sudah harus mulai banyak yang dikurangi dan itu yang sekarang sedang banyak dibicarakan strategi seperti apa yang tepat," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (14/4).

Perlu ada strategi, stimulus mana yang akan dikurangi di tahun depan, apakah itu di sektor kesehatan, bantuan sosial (bansos), atau sektor usaha. Namun pemilihan item yang tepat juga perlu menimbang berbagai sisi.

Baca Juga: Ekonom CORE menilai tak perlu ada langkah pengurangan bansos

"Untuk kesehatan itu kemungkinan akan turun karena mudah-mudahan pada tahun ini vaksin sudah selesai lalu tahun-tahun besoknya pengeluaran untuk sektor kesehatan itu yang selama ini cukup besar tidak diperlukan lagi," kata Yose.

Namun untuk bansos tentu akan menjadi dilema tersendiri jika tahun depan dikurangi bahkan dihentikan. Jika bansos dihentikan maka harus ada jaminan bahwa sektor produksi atau usaha sudah dapat pulih dengan adanya lapangan kerja tercipta.

Pasalnya jika lapangan kerja kembali tersedia dan sektor usaha kembali pulih, maka masyarakat dinilai tak lagi memerlukan bansos. Bantuan atau dukungan kepada sektor usaha justru harus sudah dikurangi secara signifikan di tahun depan.

"Pilihan lainnya adalah mengurangi subsidi ataupun support yang selama ini diberikan kepada sektor produksi seperti restrukturisasi utang dan lainnya. Harusnya bisa diharapkan tahun depan ngga harus bansosnya dulu yang di utak-atik tapi yang lain-lain dulu," jelasnya.

Bansos diperlukan untuk meningkatkan permintaan terhadap perekonomian yang sekarang ini dinilai masih lemah. Yose menerangkan saat permintaan didorong maka secara paralel akan membuat sektor produksi atau usaha ikut naik, misalnya dengan masuknya investasi.

"Sekarang ini kondisinya banyak support yang diberikan kepada sektor produksi, apalagi tahun kemarin banyak sekali itu tidak terpakai. Misalnya pemberian pinjaman baru tidak terpakai karena untuk apa menarik pinjaman baru kalau produknya tidak bisa dibeli oleh masyarakat atau permintaannya masih rendah," jelasnya.

Maka bansos masih diperlukan untuk meningkatkan permintaan. Ketimbang mengurangi atau menghentikan bansos, Yose menekankan yang perlu diperhatikan ialah membuat bansos lebih efektif. Target penerima, skema, dan penyaluran bansos harus lebih ditingkatkan lagi.

"Bantuan-bantuan yang sifatnya Natura harusnya sudah tidak ada tapi bisa dialihkan menjadi bansos tunai atau mungkin voucher yang bisa lebih meningkatkan permintaan," ungkapnya.

Selanjutnya: Ekonom Indef sarankan program kartu prakerja dialihkan ke bansos yang tepat sasaran

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×