Reporter: Ferry Saputra | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom memproyeksikan inflasi pada Januari 2023 secara bulanan diperkirakan sekitar 0,4% month to month (MtM), sedangkan sepanjang 2023 sekitar 3% sampai 4% secara tahunan alias year on year (YoY).
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal menyebut secara pola setiap bulan, inflasi Januari yang sebesar 0,4% MtM lebih rendah dibandingkan Desember atau bulan sebelumnya.
"Namun, lebih tinggi biasanya dibandingkan dengan bulan setelahnya, yaitu Februari," ucap dia kepada KONTAN.CO.ID, Minggu (29/1).
Terkait pendorongnya, Faisal mengatakan biasanya masih ada efek Natal dan Tahun Baru (Nataru) di awal Januari serta Imlek sehingga ada tambahan dorongan demand. Selain itu, juga ada masalah supply yang mana pada Januari tahun ini untuk beberapa bahan pangan, terutama beras, stoknya sudah menipis.
Baca Juga: Ekonom Indo Primer Ramal Inflasi Januari Melandai Jadi 0,5% MoM
Menurut dia, kondisi pada Januari tersebut sudah biasa terjadi setiap tahunnya karena berada di antara masa panen raya dan panen gaduh.
"Panen gaduhnya pada September dan Oktober, setelah panen raya biasanya produksi meningkat, tetapi beberapa bulan sebelumnya, yaitu pada Januari itu turun, lalu akan bertambah lagi stoknya saat panen raya pada Maret," kata dia.
Oleh karena itu, Faisal menerangkan stok yang menurun menyebabkan produksi juga ikut turun sehingga harga bahan pangan menjadi meningkat sehingga mendorong inflasi pada Januari.
Sementara itu, sampai akhir tahun 2023, Faisal menyebut CORE memprediksi inflasi mencapai sekitar 3% hingga 4% YoY. Dia menyebut angka itu lebih rendah daripada tahun lalu sebesar 5,4% YoY, tetapi tetap lebih tinggi dibandingkan inflasi di 2020, 2021, dan sebelum pandemi Covid-19 yang berada di kisaran 3% YoY.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News