Reporter: Indra Khairuman | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2025 dan 2026 menunjukkan adanya penurunan yang cukup signifikan, dipicu oleh perlambatan yang tampak pada kuartal pertama serta tantangan dalam belanja pemerintah.
Banjaran Surya Indrastomo, Kepala Ekonom Bank Syariah Indonesia (BSI), menjelaskan bahwa perubahan proyeksi ini menunjukkan potensi perlambatan pertumbuhan yang hampir mencapai 0,4% jika tidak ada upaya yang dilakukan setelah kuartal pertam. Ia menegaskan bahwa hasil kuartal pertama tidak berdampak seperti biasanya, terutamadi awal tahun dan saat lebaran.
“Pattern berikutnya biasanya ada normalisasi sampai dengan akhir kuartal ketiga,” ujar Banjaran kepada Kontan.co.id, (11/6).
Banjaran mencatat sejumlah faktor yang berkontribusi pada penurunan ini. Menurutnya, dari kuartal keempat tahun lalu sampai bulan April tahun ini, terjadi outflow yang signifikan dari pasar ekuitas dan saham, yang berdampak pada tekanan nilai tukar rupiah serta likuiditas domestik.
Baca Juga: Luhut Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Capai 9% pada Tahun 2029
“Ekspor trajectory turun surplus puncak bulan lalu dimana surplusnya tipis,” kata Banjaran.
Ini menunjukkan bahwa sektor ekspor juga menghadapi tantangan yang harus diatasi.
Lebih lanjut, Banjaran menegaskan bahwa efisiensi pemerintah di awal tahun tidak sejalan dengan perubahan cepat dalam pengeluaran di sektor-sektor yang menjadi prioritas. Hal ini berdampak pada beberapa sektor terkait, khususnya di sektor hotel, restoran, dan pariwisata.
“Padahal, belanja pemerintah di beberapa sektor ini kunci,” tegas Banjaran.
Baca Juga: Pelambatan Makin Nyata, OECD Pangkas Lagi Proyeksi Ekonomi RI Tahun Ini Jadi 4,7%
Konsunmsi, yang merupakan inti dari perekonomian juga mengalami tantangan akibat berkurangnya pengeluaran, khususnya dari kalangan menengah dan bawah. Banjaran menekankan perlunya mempercepat pengeluaran pemerintah agar meningkatkan likuiditas dan mendorong aktivitas ekonomi.
“Saya rasa segera mempercepat pengeluaran akan membantu likuiditas, mendorong aktivitas ekonomi dan pertumbuhan,” jelas Banjaran.
Sebagai upaya yang strategis, Banjaran memberikan saran agar pemerintah melanjutkan proyek-proyek strategis nasional, yang tidak hanya bergantung pada dukungna pemerintah, tapi juga melibatkan partisipasi sektor swasta.
“Secara khusus, tantangan kita bersama bagaimana dunia usaha mulai bergerak, dan dengan dukungan pemerintah harusnya bisa,” kata Banjaran.
Banjaran menegaskan pentingnya strategi yang lebih terarah dalam mengelola devisa, baik dari sektor pariwisata ataupun pengiriman tenaga kerja, demi mendorong neraca pembayaran yang lebih baik.
“Sisanya, saya rasa perlu ada bumper strategi targeting devisa, baik inbound pariwisata, maupun pengiriman tenaga kerja,” tambah Banjaran.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2025 Diproyeksi Melemah, Ini Pemicunya
Selanjutnya: 4 Fakta Menarik Tijjani Reijnders Resmi Gabung Man City
Menarik Dibaca: Oppo Reno 8 Harga Juni 2025, Buat Konten TikTok Jadi Lebih Gampang FYP Lho!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News