Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Bank Permata memperkirakan cadangan devisa Indonesia akan menurun di kisaran US$ 136 miliar hingga US$ 138 miliar.
“Sejalan dengan arus keluar dari pasar obligasi maupun pasar saham,” ujar Kepala Josua Pardede kepada Kontan.co.id, Senin (5/4).
Josua memerinci, dari sisi pasar saham, nilai investasi asing tercatat jual bersih US$ 186,15 juta. Sementara di pasar obligasi, asing mencatat jual bersih US$ 1,26 miliar.
Keluarnya modal asing dari pasar keuangan Indonesia juga ikut mendorong pelemahan nilai tukar rupiah. Hingga akhir Maret 2021, nilai tukar rupiah tercatat Rp 14.525 per dollar Amerika Serikat (AS) atau terdepresiasi 2,04%.
Baca Juga: Memitigasi Risiko Taper Tantrum
Tergerusnya cadangan devisa juga disebabkan oleh pemerintah yang tidak melakukan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) valas pada bulan Maret 2021, sehingga tidak ada aliran dana asing yang masuk ke dalam penghitungan cadangan devisa.
Kabar baiknya, penurunan cadangan devisa masih bisa tertahan oleh perolehan Devisa Hasil Ekspor (DHE) Indonesia yang ditopang oleh kenaikan pada harga komoditas utama, seperti batubara, crude palm oil (CPO), dan juga karet.
Ke depan, dalam jangka menengah Josua melihat masih adanya kemungkinan cadangan devisa untuk kembali meningkat dengan optimisme baliknya investor asing ke pasar keuangan domestik.
Sehingga di akhir tahun 2021, cadangan devisa diperkirakan akan berada di kisaran US$ 139 miliar hingga US$ 142 miliar.
Selanjutnya: Ekonom Bank Mandiri beberkan sejumlah risiko pada nilai tukar rupiah tahun ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News