Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Badan Anggaran (Banggar) DPR dan pemerintah telah menyepakati outlook asumsi dasar ekonomi makro tahun 2025.
Berdasarkan hasil kesepakatan, sejumlah indikator makro mengalami penyesuaian sering perkembangan ekonomi global dan domestik hingga paruh pertama tahun ini.
Pemerintah dan DPR menyepakati pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan berada pada kisaran 4,7% hingga 5%. Angka ini sedikit lebih rendah dari target APBN 2025 sebesar 5,2%.
Baca Juga: Ekonom Menilai Asumsi Makro dalam Kerangka Ekonomi Makro 2026 Terlalu Optimistis
Sementara itu, inflasi diproyeksikan pada kisaran 2,2% hingga 2,6%, lebih rendah dari asumsi awal APBN sebesar 2,5%.
Tingkat suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun diperkirakan stabil pada kisaran 6,8% hingga 7,3%, mengikuti realisasi semester I sebesar 6,9%, mendekati target awal 7,0%.
Nilai tukar rupiah juga mengalami pelemahan dibanding asumsi APBN yang dipatok Rp 16.000 per dolar AS.
Pemerintah dan DPR menyepakati nilai tukar rupiah pada tahun 2025 akan mencapai Rp 16.300 per dolar AS hingga Rp 16.800 per dolar AS.
Baca Juga: Komisi V DPR akan Bentuk Panja Jalan Tol, Pastikan Standar Layanan Terpenuhi
Untuk harga minyak mentah Indonesia (ICP), outlook disesuaikan ke kisaran US$ 68 per barel hingga US$ 82 per barel. Angka ini masih dalam rentang moderat dari asumsi awal sebesar US$ 82 per barel.
Sementara itu, lifting minyak bumi diperkirakan mencapai 593 barel hingga 597 barel per hari, serta lifting gas bumi mencapai 976.000 sampai 980.000 barel setara minyak per hari.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menegaskan komitmen pemerintah untuk menjaga pelaksanaan APBN 2025 secara hati-hati, kredibel, dan responsif terhadap dinamika perekonomian global.
Ia menjelaskan bahwa pemerintah menyadari bahwa pelaksanaan APBN 2025 dihadapkan pada tantangan besar akibat dinamika lingkungan global yang berubah sangat cepat, serta munculnya prioritas-prioritas baru dari Presiden.
Baca Juga: APBN 2025 Tak Diubah, Namun Risiko Pelebaran Defisit Meningkat
“Pelaksanaan APBN 2025 sangat menantang karena lingkungan yang berubah sangat dinamis dan juga karena ada prioritas-prioritas baru dari Presiden yang dilaksanakan untuk meningkatkan kinerja ekonomi dan meningkatkan pertahanan dan ketahanan negara kita,” kata Sri Mulyani.
Di tengah ketidakpastian global yang masih akan berjalan, pemerintah memastikan bahwa APBN tetap menjadi instrumen utama untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional.
Sri Mulyani mengatakan peranan APBN akan sangat diandalkan untuk menjadi alat penyeimbang atau stabilizer, shock absorber, sekaligus motor penggerak melalui kebijakan countercyclical dalam menghadapi tekanan ekonomi global.
Baca Juga: Banggar DPR dan Kemenkeu Sepakati Asumsi Nilai Tukar Rupiah Jadi Rp 16.300-Rp 16.800
“APBN juga diharapkan bisa terus mendorong pertumbuhan ekonomi, melindungi daya beli masyarakat, dan melakukan tugas untuk mendukung transformasi perekonomian,” katanya.
Selanjutnya: BSI Gandeng GAHC, Fasilitasi Sertifikasi Halal Australia untuk UMKM Indonesia
Menarik Dibaca: Pasar Modal Bergerak Dinamis, Berikut Risiko Yang Dihadapi Investor Ritel
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News