Reporter: Leni Wandira | Editor: Noverius Laoli
Kemudian, untuk komoditas seperti beras semestinya sudah tidak terlalu tinggi lagi karena di bulan Maret sudah masuk musim panen raya dan puncak panen raya terjadi pada April 2024.
"Sehingga produksi itu meningkat jadi supply meningkat untuk beras, kalau supply meningkat walaupun demand juga meningkat artinya kalau sama sama meningkat maka harganya tidak terlalu tinggi," katanya.
"Jadi tidak seperti kasus di bulan Februari lalu di bulan pemilu itu kan belum masuk musim panen tapi kemudian ada demand yang besar besaran menjelang pemilu Ramadan jadi harganya tidak karuan" lanjutnya.
Baca Juga: Prospek Kenaikan Mata Uang Asia Masih Terbuka, Bagaimana Nasib Rupiah?
Untuk itu, Faisal menegaskan bahwa dampak inflasi ini tidak akan jadi akan mengurangi daya beli masyarakat yang akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi tahun ini.
"Tapi ini kalau kita bedah secara agregat total sih menurut saya tetap akan meningkat spendingnya tapi akan terlihat variasinya ketika kita bedah berdasarkan kelompok masyarakat," ucapnya.
Kata dia, untuk kelompok menengah ke bawah akan terjadi penurunan turun daya belinya sehingga spending Lebaran nya juga berkurang. Namun, untuk kelas menengah atas akan relatif kuat dan tidak terlalu banyak terpengaruh oleh inflasi pangan.
"Jadi dibandingkan kuartal I tahun ini sama ada ramadan dengan kuartal I tahun yang lalu sama sama ada Ramadan gitu walaupun belum masuk lebaran ya jadi efek daripada pertumbuhan ekonominya tidak akan jauh dari 5%," pungkasnya.
Baca Juga: Prospek Kenaikan Mata Uang Asia Masih Terbuka, Bagaimana Nasib Rupiah?
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimistis, pemberian komponen tunjangan kinerja 100% pada tunjangan hari raya (THR) dan gaji ke-13 ASN berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi 2024.
Pemberian komposisi tukin 100% ini merupakan upaya pemerintah dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 sebesar 5,2% year on year (YoY).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News