Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan meski kondisi pertanian di Tanah Air dibayangi kondisi paceklik hingga cuaca buruk, produksi beras menunjukkan progres yang signifikan.
Amran menjelaskan, bayang-bayang El Nino, La Nina dan kekeringan belakangan ini terjadi bersamaan. Meski demikian, kata dia, produksi pertanian mampu terkerek cukup pesat.
“El Nino di 2024, keras, La Nina, ada kekeringan, tiga itu (terjadi) bersamaan. Tetapi ada anomali, Alhamdulillah sesuai data BPS, bukan kami, ada peningkatan produksi Agustus, September, Oktober,” ujarnya dalam konferensi pers di Kantor Kementan, Jakarta, Kamis (5/12).
Amran menilai, peningkatan produksi pertanian tersebut bahkan jauh lebih tinggi daripada kondisi cuaca normal. Menurutnya, ini berkat program pompanisasi yang digalakkan Kementan beberapa waktu belakangan.
Baca Juga: Adakan Ratas, Mentan Bersama Kementerian PU dan TNI Percepat Swasembada Pangan
“Ada lagi yang menarik kemarin, kemarin deflasi pangan, ini anomali juga, terjadi di saat musim paceklik. Artinya apa? Produksi betul-betul meningkat dan itu data BPS,” kata Amran.
Untuk diketahui, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tercatat harga beras mengalami penurunan 0,45% dengan deflasi sebesar 0,02% pada November 2024.
Deflasi tersebut terjadi di 26 provinsi, di mana wilayah yang paling turun yakni Papua Pegunungan sebesar 4,64%.
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menuturkan, penurunan harga tersebut disokong oleh panen di sejumlah sentra produksi padi.
“Gabah kering panen (GKP) dan gabah kering giling (GKG) mengalami penurunan harga, termasuk beras medium dan premium,” katanya beberapa waktu lalu.
Amalia mengatakan, penyebab deflasi beras dikarenakan penurunan harga mulai dari GKP, GKG, beras medium dan premium. Adapun harga gabah kering panen turun 1,86% secara bulanan dan 6,18% secara tahunan.
Sementara, GKG turun sebesar 1,84% secara bulanan dan 8% secara tahunan. Lebih lanjut, harga rata-rata beras di penggilingan turun sebesar 1,23% secara bulanan dan 3,79% secara tahunan pada November 2024.
“Secara nasional penurunan harga GKP terdalam memang ada di Bali dan Jambi. Bali terjadi peningkatan stok kerena terjadi panen di Tabanan, Jambi terlihat banyak stok gabah di penggilingan,” tandasnya.
Baca Juga: Panen Modeling Budi Daya Ikan Nila di Karawang Dukung Program Makan Bergizi Gratis
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News