Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
Josua membeberkan, Di sisi transaksi berjalan, pelebaran defisit menyebabkan kebutuhan valuta asing bersih meningkat, di sisi finansial, NPI yang defisit menandakan pembiayaan eksternal belum cukup kuat untuk menutup celah tersebut.
“Kombinasi keduanya cenderung memberi tekanan pelemahan dan meningkatkan volatilitas rupiah, meski besaran akhirnya ditentukan oleh kecukupan pembiayaan, posisi cadangan devisa, serta intensitas intervensi BI melalui triple-intervention dan instrumen pro-pasar seperti SRBI,” ungkapnya.
Ia menambahkan, pelemahan rupiah yang sempat dalam pada 2025 mengonfirmasi sensitivitas nilai tukar terhadap pelebaran defisit eksternal dan persepsi risiko; perbaikan arus masuk akan cepat meredakan tekanan ini.
Sementara itu, terkait dampaknya terhadap defisit anggaran, Josua menyebut dampak tidak langsung tidak akan langsung terasa, namun signifikan berpengaurh melalui tiga kanal
Baca Juga: Faktor Global dan Musiman Bikin Defisit Transaksi Berjalan Melebar Kuartal II 2025
Kanal tersebut diantaranya, pertama, jika rupiah melemah dan harga energi global naik, beban subsidi dan kompensasi energi meningkat, mendorong belanja dan defisit melebar.
Kedua, premi risiko yang lebih tinggi dapat mengangkat imbal hasil SBN, menambah beban bunga. Ketiga, bila pelebaran defisit eksternal berkaitan dengan pelemahan aktivitas, penerimaan perpajakan bisa tertahan.
Pemerintah sendiri pada 2025 memperkirakan defisit sekitar 2,78% dari PDB, dan pembaruan 2026 menunjukkan target defisit 2,68% PDB.
“Artinya ruang fiskal masih berada di bawah batas 3%, walau tekanan bisa bertambah bila kurs dan imbal hasil bergeser tidak menguntungkan,” terangnya.
Baca Juga: BI Prediksi Neraca Pembayaran 2025 Tetap Baik, Defisit Transaksi Berjalan Rendah
Di luar itu, Josua juga menilai, penggunaan kas pemerintah yang tersimpan pada saldo anggaran lebih untuk menopang program prioritas juga mengurangi bantalan likuiditas fiskal, sehingga transmisi guncangan eksternal ke APBN perlu dicermati.
Dengan perkembangan tersebut, Josua memperkirakan nilai tukar rupiah masih moderat kisaran Rp 15.300 hingga Rp 16.500 per dollar AS pada akhir 2025.
Selanjutnya: DPR Dukung Kebijakan Pemda Bisa Pinjam Uang ke Pusat, Namun Harus Transparan
Menarik Dibaca: 6 Cara Bisnis Parfum untuk Pemula biar Cepat Cuan, Catat ya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













