kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Defisit transaksi berjalan bisa 1,98% kuartal IV


Kamis, 13 Februari 2014 / 18:45 WIB
Defisit transaksi berjalan bisa 1,98% kuartal IV
ILUSTRASI. Obligasi Negara Ritel ORI022.


Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Bank Indonesia melihat kondisi makro ekonomi Indonesia semakin membaik. Salah satunya, diperlihatkan defisit neraca transaksi berjalan alias current account deficit (CAD) yang diperkirakan semakin tipis.

BI meramal, CAD di kuartal IV-2013 lalu bakal turun hingga 1,98% terhadap produk domestik bruto (PDB). Jika dibandingkan kuartal III tahun 2013 lalu, CAD mencapai 3,85% terhadap PDB. 

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Tirta Segara menilai, membaiknya CAD dikarenakan neraca perdagangan yang selalu surplus dalam beberapa bulan terakhir. "Ekspor yang membaik mendorong menurunnya defisit transaksi berjalan secara signifikan," ujar Tirta dalam keterangan tertulisnya, Kamis (13/2).

Kenaikan ekspor terjadi karena di sisi manufaktur yang mengalami pertumbuhan, sejalan denhan naiknya permintaan dari negara-negara seperti Amerika Serikat dan Jepang. Selain itu melonjaknya ekspor barang mineral dan batubara, akibat upaya antisipasi pemberlakuan pelarang pada tahun 2014.

Selain itu, Neraca Pembayaran Indonesia juga mengalami perbaikan, yang disebabkan oleh surplus transaksi modal finansial. Ini bersumber dari penarikan pinjaman luar negeri korporasi. Perbaikan NPI juga ditopang oleh penarikan simpanan domestik di luar negeri, dan arus penanaman modal asing langsung yang tetap stabil.

Terkait hal tersebut, ekonom Bank International Indonesia (BII) Juniman melihat kondisi ini bisa menimbulkan penguatan nilai tukar rupiah. Menurutnya, prediksi BI tersebut sangat positif bagi pasar, karena perkiraan CAD yang cukup besar. 

Selama ini  CAD menjadi sentimen negatif bagi rupiah, bahkan menjadi salah satu faktor yang menekan nilai tukar rupiah di tahun 2013 lalu. Dengan begini, maka tekanan pada di makro ekonomi Indonesia lebih ringan. "Pasar akan lebih percaya diri dengan proyeksi ini," ujar Juniman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×