Reporter: Abdul Basith Bardan | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Defisit neraca dagang Indonesia dengan Australia makin membesar di tahun 2021 lalu. Defisit perdagangan dengan Australia di 2021 mencapai US$ 6,2 miliar.
Defisit neraca dagang dengan Australia tersebut menjadi yang terbesar. Disusul defisit neraca dagang dengan Singapura yang senilai US$ 3,81 miliar dan dengan China tercatat defisit US$ 2,45 miliar.
"Defisit karena kita membeli banyak barang pembantu dan feedstock untuk industri kita," ujar Menteri Perdagangan Muhamad Lutfi saat konferensi pers outlook 2022, Selasa (18/1).
Defisit perdagangan dengan Australia tersebut meningkat 189,71% dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2020, defisit perdagangan Indonesia dengan Australia tercatat sebesar US$ 2,14 miliar.
Baca Juga: Neraca Perdagangan Indonesia Masih Surplus US$ 1 Miliar di Desember 2021
Sebagai informasi, pada tahun 2021 total nilai impor Indonesia mencapai US$ 196,2 miliar naik 38,59% dari tahun sebelumnya. Namun, kenaikam tersebut didominasi oleh bahan baku dan bahan penolong.
"Kalau kita lihat perbedaan antara impor kita, 75,21% adalah bahan baku dan bahan penolong, barang modal kita 14,59% dan barang konsumsi kita adalah 10,29%," terang Lutfi.
Lutfi juga bilang, barang modal akan memberikan nilai tambah hingga 4 kali lipat.
Peningkatan impor bahan baku dan bahan penolong juga dinilai positif ekonom Universitas Indonesia Mohamad Ikhsan.
Ikhsan bilang, impor bahan baku dan bahan produksi akan memperlihatkan kondisi ekspor ke depan. Hal itu akan terlihat setelah dua kuartal kenaikan impor tersebut.
"Kenapa impor bahan baku tumbuh lebih cepat lebih bagus, karena itu merefleksikan future eskpor yang naik," jelas Ikhsan.
Sebagai informasi, pada tahun 2021 Indonesia mencatat nilai ekspor terbesar dengan nilai US$ 231,54 miliar. Tahun lalu, neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus US$ 35,34 miliar.
Baca Juga: Mendag Lutfi Sebut Ada 4 Tantangan Perdagangan ke Depan, Apa Itu?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News