Reporter: Siti Masitoh | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menilai defisit APBN 2025 masih berada pada level yang terkendali, meski beberapa indikator fiskal menunjukkan tekanan baik dari sisi penerimaan maupun belanja.
Hingga September 2025, defisit tercatat baru mencapai 1,56% terhadap produk domestik bruto (PDB). Ia menilai, defisit tersebut berpotensi melebar menjelang akhir tahun dari posisi September 2025 tersebut.
Dari sisi penerimaan negara, Josua melihat perkembangannya hingga kuartal III 2025 masih belum sesuai harapan. Pajak neto baru mencapai sekitar 62% target hingga September 2025, terutama karena pelemahan penerimaan pajak penghasilan (PPh) badan dan pajak pertambahan nilai (PPN).
Sementara penerimaan negara bukan pajak (PNBP) turun signifikan karena normalisasi harga komoditas dan berkurangnya dividen BUMN. Ia menyatakan bahwa kemampuan pemerintah mengejar penerimaan tambahan tetap terbatas.
Baca Juga: Defisit APBN 2025 Berpotensi di Bawah Target, Laju Pertumbuhan Ekonomi Terhambat
“Target tambahan pajak dari wajib pajak besar sebesar Rp 20 triliun dengan realisasi baru sekitar Rp 8 triliun menunjukkan bahwa upaya penagihan intensif dan pengiriman surat imbauan pajak lebih berfungsi sebagai bantalan tambahan, tetapi kecil kemungkinannya menjadi penentu utama untuk menutup seluruh kelemahan penerimaan sampai akhir tahun,” tutur Josua kepada Kontan, Minggu (16/11/2025).
Di sisi belanja, serapan hingga akhir September 2025 tercatat masih tertahan, terutama pada belanja kementerian/lembaga (K/L) serta proyek infrastruktur. Beberapa anggaran yang diblokir telah dibuka, namun belum semua program siap dieksekusi optimal.
Ia mencatat, belanja pemerintah pusat hingga akhir September 2025 baru sekitar 59,7% dari target, dengan belanja K/L baru 62,8% dan belanja non K/L baru mencapai 56,8%.
Melihat kombinasi lemahnya penerimaan dan penyerapan belanja yang tidak maksimal, Josua memperkirakan defisit APBN 2025 tetap akan melebar, namun kemungkinan lebih rendah daripada outlook pemerintah sebesar 2,78% dari PDB, namun melebar dari target dalam APBN 2025 sebesar 2,53% dari PDB.
Baca Juga: Realisasi Belanja Seret, Defisit APBN 2025 Diperkirakan Mengecil dari Target
Nah, apabila intensifikasi pajak terhadap wajib pajak besar, penagihan tunggakan, dan optimalisasi penerimaan kepabeanan dan cukai berhasil, menurutnya, penerimaan negara mungkin bisa mendekati sekitar 95% dari target pemerintah.
Di sisi lain, melihat realisasi transfer ke daerah (TKD) dan belanja K/L per November 2025 yang masih tertahan, peluang belanja benar-benar menyentuh hampir 100% pagu tampaknya terbatas, apalagi ketika ada sinyal pengembalian anggaran ke pusat.
“Kombinasi ini membuat defisit akhir tahun cenderung berakhir di kisaran menengah, misalnya sekitar 2,4%–2,6% dari PDB, lebih lebar dari posisi September, tetapi sedikit di bawah proyeksi resmi 2,78% PDB,” hitungnya.
Meski demikian, Josua menilai, dari sudut pandang peran APBN sebagai penopang pertumbuhan dan instrumen pemerataan, defisit yang lebih rendah belum tentu sepenuhnya kabar baik bila penyebab utamanya adalah lambatnya penyerapan belanja yang justru bersifat produktif.
Baca Juga: Target Defisit APBN 2026 dan Outlook 2025 di Atas Batas Aman Target Kinerja Kemenkeu
Menurutnya. banyak program prioritas yang dirancang untuk memperkuat daya beli dan fondasi jangka menengah, seperti makan bergizi gratis (MBg), ketahanan pangan, pendidikan, kesehatan, perumahan rakyat, dan penguatan desa serta koperasi, yang baru terealisasi setengah jalan sampai awal triwulan keempat.
Ia menambahkan, apabila pada akhirnya belanja ini tidak terserap sesuai rencana, maka kesempatan untuk mengakselerasi pertumbuhan 2025 dan membangun pijakan yang kuat menuju target pertumbuhan lebih tinggi pada tahun-tahun berikutnya akan sedikit terlewat.
Lebih lanjut, Josua menekankan, tugas pemerintah di sisa tahun ini adalah menutup kesenjangan penerimaan tanpa menekan dunia usaha secara berlebihan, sekaligus mempercepat belanja yang berkualitas sehingga pada saat laporan akhir tahun nanti.
“Kita bukan hanya melihat defisit yang aman, tetapi juga kemajuan nyata pada sasaran pembangunan yang telah dijanjikan,” tandasnya.
Baca Juga: Defisit APBN Melebar Jadi 1,56% PDB Per September 2025
Selanjutnya: BTN Gaet Talenta Muda Surabaya lewat Housingpreneur 2025
Menarik Dibaca: Apakah Timun Bisa Menurunkan Kolesterol Tinggi atau Tidak? Ini Jawabannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













