Reporter: Bidara Pink | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat, total utang luar negeri (ULN) per kuartal II-2020 sebesar US$ 408,6 miliar alias tumbuh 5,0% yoy. Ini berarti, pertumbuhannya jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ULN kuartal I-2020 yang sebesar 0,6% yoy.
Sejalan dengan peningkatan penarikan ULN pada kuartal kedua tahun ini, rasio pembayaran utang atau debt to service ratio (DSR) tier-1 kuartal II-2020 meningkat menjadi 29,50% dari kuartal I-2020 yang sebesar 27,65%.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan, pelebaran DSR tier-1 ini merupakan indikasi penambahan ULN yang tidak disertai dengan peningkatan kinerja ekspor dan komponen penambah devisa lainnya.
"Akibatnya, suplai dollar untuk pembiayaan utang akan berkurang. Ini bisa menekan nilai tukar rupiah di sepanjang tahun," kata Bhima kepada Kontan.co.id, Jumat (21/8).
Baca Juga: Kemenkeu bilang penerbitan diaspora bonds bisa mundur di tahun 2021
Bhima menambahkan, beban utang negara akan semakin berat dan pelebaran tersebut merupakan hal yang perlu diwaspadai. Pasalnya, DSR tier kuartal II-2020 sudah melewati batasan aman yang dianjurkan oleh lembaga internasional.
"Beberapa lembaga seperti IMF pernah mengatakan bahwa batasan aman DSR tier-1 adalah 25%. Jadi, level 29,5% tetap perlu diwaspadai," tambahnya.
Memasuki kuartal III-2020, kinerja ekspor Indonesia mulai meningkat. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor pada Juli 2020 sebesar US$ 13,73 miliar alias meningkat 14,33% mom.
Namun, Bhima melihat, meski ekspor meningkat, kinerja ekspor masih belum cukup. Pasalnya, pertumbuhannya belum bisa menyamai penambahan utang valas yang baru.
Untuk ke depan, Bhima masih melihat masih akan ada tren pelebaran DSR tier-1 bahkan hingga tahun depan. Apalagi, ini seiring dengan membengkaknya defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2020, maupun pelebaran anggaran di tahun 2021.
"Tren pelebaran DSR akan berlanjut di tahun depan. Maka, ini perlu diwaspadai," tandasnya.
Baca Juga: Pemerintah rencanakan penarikan pinjaman tunai US$ 1,5 miliar pada 2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News