Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Hasil stress test Bank Indonesia (BI) menyatakan, ketahanan perbankan dan korporasi tetap kuat dalam menghadapi berbagai tekanan.
Kondisi perbankan yang tetap kuat tersebut dapat memitigasi dampak ketidakpastian pasar keuangan global terhadap stabilitas sistem keuangan.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menilai, saat ini kondisi perbankan secara umum masih memiliki daya tahan untuk meredam dampak perekonomian global yang sedang memanas.
Baca Juga: Rupiah Menguat Setelah BI Kerek Suku Bunga, Simak Proyeksi pada Kamis (25/4)
Kondisi perbankan juga dinilai masih memiliki daya tahan untuk meredam rata-rata rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR).
Meski demikian, Eko menilai konsekuensi peningkatan ketidakpastian global ini akan menyebabkan laju pertumbuhan kredit melambat. “Kemungkinan target laju pertumbuhan kredit akan terkoreksi menjadi di bawah 10%,” tutur Eko kepada Kontan, Rabu (24/4).
Maka dari itu, Ia menghimbau agar BI mewaspadai kredit-kredit yang berasal dari sektor dengan impor yang tinggi, terutama yang perdagangannya melewati selat Hormuz. Ini dikhawatirkan laju perdagangan yang melewati selat Hormuz akan terhambat akibat menegangnya konflik Iran dengan Israel.
Baca Juga: BI: Tingkat Kepatuhan Eksportir Simpan DHE SDA Dalam Negeri Mendekati 95%
Dalam kesempatan berbeda, Ekonom Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Teuku Riefky menilai, kondisi perbankan saat ini masih relatif resilient.
“Namun ke depannya yang perlu diperhatikan adalah kenaikan borrowing cost karena akan menekan NIM perbankan, seiring masyarakat meningkatkan tabungan dan penyaluran kredit berpotensi menurun,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News