Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2025 mengejutkan karena melampaui proyeksi analis. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 tumbuh 5,12% secara tahunan (year on year/YoY). Pertumbuhan ini meningkat dari kuartal sebelumnya sebesar 4,87% YoY.
Angka realisasi pertumbuhan ekonomi tersebut melewati konsensus pasar yang berasal dari proyeksi 30 ekonom dihimpun Bloomberg, yakni berada di kisaran 4,6% - 4,8% yoy.
Direktur Eksekutif Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyebut, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2025 yang diumumkan BPS tidak mencerminkan kondisi riil ekonomi.
Ia mengatakan, ada beberapa data yang janggal, salah satunya soal pertumbuhan industri pengolahan. "Selisih datanya terlalu berbeda antara BPS dan Purchasing Managers' Index Manufaktur Manufaktur,” turur Bhima kepada Kontan, Selasa (5/8/2025).
Baca Juga: Ekonomi RI Tumbuh 5,12% Pada Kuartal II, Menko Airlangga: Tertinggi di ASEAN dan G20
S&P Global mencatat, PMI Manufaktur Indonesia mengalami kontraksi atau di bawah level 50 sepanjang kuartal II 2025. Rinciannya bulan April di level 46,7, Mei di level 47,4, dan turun menjadi 46,9 di bulan Juni 2025.
Sementara itu, BPS mencatat pada kuartal II 2025 industri pengolahan menjadi kontribusi pertumbuhan ekonomi tertinggi yakni sebesar 18,67% dengan pertumbuhan sebesar 5,68% YoY.
“Akhir Juni 2025, PMI Manufaktur turun dari 47,4 menjadi 46,9. Jadi penjelasannya apa? bagaimana mungkin PHK massal di padat karya meningkat, terjadi efisiensi dari sektor industri, bahkan di sektor hilirisasi juga smelter nikel ada yang berhenti produksi,” kata Bhima.
Kejanggalan Lain
Bhima juga menilai data konsumsi rumah tangga sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran terlihat janggal dan tidak mencerminkan kondisi konsumsi rumah tangga periode tersebut.
Hitungan BPS, konsumsi rumah tangga tumbuh 4,97% YoY, naik tipis naik dari kuartal sebelumnya sebesar 4,89% YoY, dengan kontribusi tertinggi yakni sebesar 54,25%.
Menurut data BPS, konsumsi rumah tangga periode tersebut didorong kebutuhan bahan makanan dan minuman jadi meningkat karena aktivitas pariwisata selama periode libur Idulfitri, Waisak, Kenaikan Isa Almasih, dan Iduladha serta libur sekolah. Mobilitas masyarakat meningkat mendorong peningkatan konsumsi untuk transportasi dan restoran.
Hanya saja, kata Bhima, data pendorong tersebut tidak masuk diakal. Menurutnya, tanpa adanya momentum penting seperti Lebaran, akan cukup sulit mendorong konsumsi rumah tangga.
“Kuartal II 2025 cuma kebagian sedikit di April Lebaran, enggak make senses,” imbuhnya.
Baca Juga: Kuartal II 2025 Ekonomi Tumbuh 5,12%, Menko Airlangga: Sejalan Pertumbuhan Industri
Sejalan dengan itu, tidak ada momen yang membuat peningkatan konsumsi rumah tangga meningkat pada periode tersebut. Misalnya terindikasi dari Indeks keyakinan konsumen (IKK) juga melemah dari Maret 2025 sebesar 121,1 turun menjadi 117,8 pada Juni 2025.
“Ini tidak mencerminkan pertumbuhan konsumsi karena pada kuartal II 2025 tidak ada momentum seasonal seperti Lebaran yang dorong konsumsi rumah tangga. Menjadi pertanyaan pertumbuhan 4,97% itu pendorongnya apa?,” kata Bhima.
Bhima khawatir, dari sejumlah data yang janggal tersebut aka nada intervensi politik di BPS. Selain itu juga juga khawatir data BPS ke depan akan mengganggu kepercayaan publik, atau bahkan BPS tidak bisa jadi referensi pengambilan strategi bisnis, sehingga diperlukan data pembanding lainnya yang lebih kredibel.
Pemerintah Bantah
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto membantah tudingan sejumlah pihak yang meragukan angka pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,12% pada kuartal II-2025.
Airlangga menegaskan tidak ada permainan data dalam penyajian angka yang dirilis BPS. “Mana ada,” tandas Airlangga saat menjawab pertanyaan media, Selasa (5/8/2025).
Airlangga bilang, pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang konsumsi rumah tangga yang tumbuh sebesar 4,97%, yang menyumbang porsi terbesar terhadap PDB, yakni 54%. Selain itu, investasi juga tumbuh kuat sebesar 6,99%, terutama pada sektor capital goods seperti mesin-mesin industri dan logam yang berasal dari swasta.
Kemudian transaksi eceran juga meningkat, dimana uang elektronik naik 6,26%. Kemudian aktivita transaksi di marketplace tumbuh 7,5% secara kuartalan.
"Kemudian dari sgmen perjalanan akibat kita membuat kebijakan, baik itu pesawat, kereta api maupun jalan tol. Itu perjalanan wisatawan nusantara tumbuh 22,3%. Wisatawan mancanegara tumbuh 23,32%. Kemudian year on year jumlah lapangan pekerjaan yang tercipta. Dari Februari ke Februari itu ada sejumlah menekati 3,6 juta," jelas Airlangga.
Baca Juga: Ekonomi Kuartal II 2025 Mampu Tumbuh 5,12%, Ekonom: Terdorong Momentum Musiman
Airlangga juga menyebut, pemulihan ekonomi tercermin dari penyerapan tenaga kerja, di mana dalam periode Februari 2024 hingga Februari 2025, tercipta hampir 3,6 juta lapangan kerja baru. Selain itu, performa sejumlah perusahaan publik di sektor ritel juga menunjukkan perbaikan yang signifikan selama semester I-2025.
"Kita lihat aja perusahaan publik yang di sektor retail di semester I, itu salah satu yang merepresentasikan. Kan ada dari indeks keyakinan konsumen. Kemudian kenaikan dari transaksi. Transaksi digitalnya kan naik. Kalau tidak dipakai kan tidak naik," kata dia.
Airlangga juga merujuk pada data indeks keyakinan konsumen dan transaksi digital yang terus meningkat, sebagai indikator kuat bahwa daya beli masyarakat telah pulih.
Selanjutnya: Per Juli 2025, Ada 6 Perusahaan Asuransi dan Reasuransi Masuk Pengawasan Khusus OJK
Menarik Dibaca: Top Up Gopay Gangguan? Alternatif Ini Bisa Jadi Solusi Cepat, Begini Cara Pakainya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News