kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.164.000   41.000   1,93%
  • USD/IDR 16.695   76,00   0,46%
  • IDX 8.125   85,16   1,06%
  • KOMPAS100 1.130   12,55   1,12%
  • LQ45 811   6,69   0,83%
  • ISSI 282   3,69   1,32%
  • IDX30 425   2,99   0,71%
  • IDXHIDIV20 489   5,53   1,14%
  • IDX80 124   1,36   1,11%
  • IDXV30 133   1,56   1,18%
  • IDXQ30 135   1,11   0,83%

Data Konsumsi BPS Dinilai Tak Sesuai dengan Kondisi Lapangan


Rabu, 06 Agustus 2025 / 16:59 WIB
Data Konsumsi BPS Dinilai Tak Sesuai dengan Kondisi Lapangan
ILUSTRASI. Logo Badan Pusat Statistik (BPS). Di luar ekspektasi pasar, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,12% secara tahunan di kuartal II-2025.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

Misalnya saja, apabila pemerintah melihat konsumsi tumbuh cukup baik, kemungkinan ada asumsi bahwa kebutuhan insentif bisa dikurangi.

Padahal, sebagian besar masyarakat, terutama calon kelas menengah atau kelompok rentan, mungkin masih menghadapi tekanan daya beli.

Menurutnya, melihat kondisi tersebeut diperlukan data yang tidak hanya melihat pertumbuhan secara agregat, tapi juga distribusinya.

Baca Juga: Daya Beli Lesu, Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II-2025 Diperkirakan di Bawah 5%

Hal serupa juga terlihat di sisi investasi. Data BPS menunjukkan lonjakan Pembentukan Modal tetap Bruto (PMTB) dari 2,12% yoy ke 6,99% yoy pada kuartal II. Tapi data Penanaman Modal Asing (PMA) justru menurun.

Realisasi PMA pada kuartal II-2025 hanya sebesar Rp 202,2 triliun atau turun 6,9% jika dibandingkan dengan kuartal II-2024 yang sebesar Rp 217,3 triliun.

“Ini bisa menunjukkan bahwa peningkatan investasi bersumber dari belanja pemerintah atau proyek-proyek domestik tertentu, bukan karena ada peningkatan kepercayaan investor asing. Hal ini tentu tidak sepenuhnya negatif, tapi tetap perlu dilihat keberlanjutannya,” tandasnya.

Baca Juga: BPS: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II-2025 Capai 5,12% Didorong Konsumsi dan Investasi

Melihat realitas data yang disajikan BPS dengan data riil di lapangan, Yusuf menilai akan ada kebingungan dari sisi bisnis dan investor, karena beberapa indikator di lapangan justru bertolak belakangan dengan indikator agregat yang ditampilkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×