kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.943.000   -7.000   -0,36%
  • USD/IDR 16.315   -32,00   -0,20%
  • IDX 7.541   37,02   0,49%
  • KOMPAS100 1.065   8,89   0,84%
  • LQ45 798   8,79   1,11%
  • ISSI 256   1,99   0,78%
  • IDX30 412   0,84   0,20%
  • IDXHIDIV20 471   1,47   0,31%
  • IDX80 120   1,20   1,01%
  • IDXV30 123   0,67   0,55%
  • IDXQ30 132   0,32   0,24%

Data Konsumsi BPS Dinilai Tak Sesuai dengan Kondisi Lapangan


Rabu, 06 Agustus 2025 / 16:59 WIB
Data Konsumsi BPS Dinilai Tak Sesuai dengan Kondisi Lapangan
ILUSTRASI. Logo Badan Pusat Statistik (BPS). Di luar ekspektasi pasar, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,12% secara tahunan di kuartal II-2025.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

Misalnya saja, apabila pemerintah melihat konsumsi tumbuh cukup baik, kemungkinan ada asumsi bahwa kebutuhan insentif bisa dikurangi.

Padahal, sebagian besar masyarakat, terutama calon kelas menengah atau kelompok rentan, mungkin masih menghadapi tekanan daya beli.

Menurutnya, melihat kondisi tersebeut diperlukan data yang tidak hanya melihat pertumbuhan secara agregat, tapi juga distribusinya.

Baca Juga: Daya Beli Lesu, Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II-2025 Diperkirakan di Bawah 5%

Hal serupa juga terlihat di sisi investasi. Data BPS menunjukkan lonjakan Pembentukan Modal tetap Bruto (PMTB) dari 2,12% yoy ke 6,99% yoy pada kuartal II. Tapi data Penanaman Modal Asing (PMA) justru menurun.

Realisasi PMA pada kuartal II-2025 hanya sebesar Rp 202,2 triliun atau turun 6,9% jika dibandingkan dengan kuartal II-2024 yang sebesar Rp 217,3 triliun.

“Ini bisa menunjukkan bahwa peningkatan investasi bersumber dari belanja pemerintah atau proyek-proyek domestik tertentu, bukan karena ada peningkatan kepercayaan investor asing. Hal ini tentu tidak sepenuhnya negatif, tapi tetap perlu dilihat keberlanjutannya,” tandasnya.

Baca Juga: BPS: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II-2025 Capai 5,12% Didorong Konsumsi dan Investasi

Melihat realitas data yang disajikan BPS dengan data riil di lapangan, Yusuf menilai akan ada kebingungan dari sisi bisnis dan investor, karena beberapa indikator di lapangan justru bertolak belakangan dengan indikator agregat yang ditampilkan.

Selanjutnya: Celios Ungkap Dampak Biaya Pemrosesan E-Commerce bagi Seller dan Konsumen

Menarik Dibaca: Peringatan Dini BMKG Cuaca Besok di Jakarta & Sekitarnya, Hujan Sangat Lebat di Sini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×