kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Dapat kabar tak sedap, Sri Mulyani inspeksi mendadak pusat logistik berikat tekstil


Jumat, 04 Oktober 2019 / 18:30 WIB
Dapat kabar tak sedap, Sri Mulyani inspeksi mendadak pusat logistik berikat tekstil
Menteri Keuangan kunjungi Pusat Logistik Berikat Tekstil


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati berkunjung ke Pusat Logistik Berikat (PLB) tekstil di daerah Sunter, Jakarta Utara, Jumat (4/10).

Menkeu mengaku dirinya diminta secara langsung oleh Presiden RI Joko Widodo untuk meninjau PLB. Sebab, berdasarkan infomasi yang dihimpun presiden RI, Indonesia saat ini banjir impor tekstil dan produce tekstil (TPT).

Baca Juga: Survei BI: Oktober kembali inflasi sebesar 0,02%

“Ini juga dadakan sehingga kami tahu keadaan realitas seperti apa. Jadi saya melihat langsung klaim banjir TPT melalui PLB itu benar atau tidak," kata Sri Mulyani di PLB tekstil Sunter, Jakarta Utara, Jumat (4/10).

Sri Mulyani menyampaikan secara statistik, impor TPT nasional baik serat maupun kain pada 2017-September 2019 secara berurut senilai US$ 4,7 miliar, US$ 4,9 miliar, dan US$ 3,7 miliar.

Kata Menkeu industri hulu TPT kapasitas produksi dan investasi meningkat namun serap industri antara atau barang setengah jadi  di dalam negeri kurang. Sehingga pasar untuk industri hulu TPT adalah pasar ekspor.

Di sisi lain, dalam industri antara terjadi penurunan kapasitas produksi yang antara lain disebabkan oleh kesulitan lingkungan dan mesin produksi yang sudah tua.  

Baca Juga: Pimpinan MPR jadi 10 orang, Menkeu akan sesuaikan anggaran

Hal ini kemudian berimbas untuk industri hilir yang kesulitan mendapat bahan baku asal dalam negeri membutuhkan pasokan, padahal utilisasi produksi industri hilir baru 56%.  

"Hal ini menyebabkan tertekannya industri hilir TPT nasional selain juga tidak diperlukan untuk kepentingan pakaian jadi," ujar Sri Mulyani.  

Sementara itu, untuk TPT hulu benang, kain dilakukan pengawas dan dilakukan survey dengan kuota impor dan laporan surveyor. Namun, TPT hilir yang terdiri dari garmen atau pakaian jadi hanya mensyaratkan laporan surveyor dan tempt masuknya barang lewat pelabuhan sesuai.

“Perlakuan pengawasan tata piagam impor hulu dan hilir perlu kajian yang lebih komprehensif,” kata Menkeu.

Baca Juga: Buka peringatan Hari Oeang ke-73, Menkeu dan jajaran tanding voli

Pada kesempatan ini pula, Sri Mulyani berdiskusi dengan Asosiasi PLB serta Asosiasi Logistik Indonesia. Dari diskusinya ia membantah kalau melimpahnya barang impor tekstil akibat PLB. 

Ia menegaskan, sistem yang diterapkan oleh PLB sangat ketat. Bahkan barang impor dari pelabuhan di bawa ke PLB dengan truk khusus yang sudah dilengkapi GPS. 

Oleh karena itu barang impor yang masuk ke PLB bisa dicek dan diperiksa secara detail oleh Bea Cukai. Termasuk terkait perizinannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×