kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dalam skenario terburuk, rasio utang terhadap PDB tetap jauh di bawah 60%


Selasa, 21 Agustus 2018 / 17:42 WIB
Dalam skenario terburuk, rasio utang terhadap PDB tetap jauh di bawah 60%
ILUSTRASI. Petugas Menghitung Uang Kertas Mata Uang Rupiah


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rasio utang terhadap PDB selama periode 2019 - 2022 diantisipasi berada di kisaran 29,5% - 31% dari PDB dengan potensi pergerakan di kisaran +5,0% untuk mengakomodasi shock

Rasio utang terhadap PDB ada kemungkinan meningkat melebihi 30,0% yang menjadi komitmen pemerintah ini disebabkan oleh tekanan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Adapun untuk mengakomodasi risiko utang pemerintah pusat pada tahun depan, pemerintah mengantisipasi depresiasi nilai tukar rupiah hingga 35% dari nilai tukar rata-rata tahun 2018.

Selain nilai tukar, kenaikan imbal hasil juga diantisipasi hingga maksimum 109,0% dari imbal hasil rata-rata di tahun 2018.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah mengatakan, dengan hasil uji tekanan yang dilakukan pemerintah ini, maka ketika ada kondisi terburuk pun rasio utang belum akan menyentuh level batas tertingginya, yaitu 60% yang ditentukan dalam UU Keuangan Negara.

“Stress test untuk menunjukkan bagaimana kalau terjadi kondisi terburuk. Hasil stress test pemerintah menyimpulkan kalau terjadi kondisi terburuk pun rasio utang masih dibawah 40%. Jauh di bawah batas 60%,” kata Piter kepada KONTAN, Selasa (21/8).

Ia melanjutkan, kalau melihat kondisi sekarang sendiri, risiko ini tidak perlu terlalu khawatirkan. Namun demikian, ini juga tidak bisa disikapi tenang-tenang saja. Sebab, nilai tukar rupiah masih akan terus dalam tekanan.

“Justru hal ini menunjukkan kita tidak perlu khawatir. Saat ada shock yang besar, di mana rasio utang kita meningkat pun, rasio utang kita masih aman,” ucapnya.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan (Kemkeu) Askolani mengatakan, estimasi shock tersebut hanyalah stress test yang dipakai pemerintah untuk menguji sampai berapa rasio utang akan terdampak dengan kondisi terburuk.

“Ini hanya test, test itu mau sampai 100% juga kami bisa pakai. Artinya, kalau kami ada kondisi terburuk, itu kami siap,” kata Askolani di Gedung Kemkeu, Senin (20/8).

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengatakan, kecil sekali kemungkinannya nilai tukar rupiah bisa terdepresiasi 35%. Sebab, depresiasi yang saat ini terjadi saja hanya 7% sejak awal tahun 2018.

Dalam jangka menengah pun, setidaknya hingga 2022, ia melihat, PDB akan tumbuh sekitar 6% atau lebih dengan inflasi yang stabil dan rendah. Adapun CAD Indonesia dalam jangka menengah akan rendah.

Dengan perkembangan yang positif tersebut, Dody bilang, diharapkan inflow khususnya dalam bentuk Foreign Direct Investment (FDI) akan besar dan mendorong rupiah menguat dan stabil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×