Reporter: Ratih Waseso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa (cadev) Indonesia pada akhir Maret 2021 tercatat sebesar US$ 137,1 miliar. Meski tetap tinggi namun, posisi tersebut menurun dibandingkan dengan posisi pada akhir Februari 2021 sebesar US$ 138,8 miliar.
Ekonom Bank Mandiri, Faisal Rachman, menuturkan, diperkirakan BoP (neraca pembayaran) akan terus membukukan surplus di tahun 2021. Indonesia diperkirakan akan mencatat surplus BoP sekitar US$ 5 miliar hingga US$ 7 miliar pada tahun 2021, dibandingkan pada tahun 2020 yaitu US$ 2,60 miliar.
Oleh karena itu, dinilai akan cukup untuk mendukung cadangan devisa sehingga nilai tukar Rupiah menjadi stabil. "Kami memperkirakan cadangan devisa akan mencapai posisi US$ 140 miliar hingga US$ 142 miliar pada akhir tahun ini," jelas Faisal kepada Kontan.co.id pada Rabu (7/4).
Ekonom Bank Mandiri memperkirakan CAD 2021 akan melebar secara terkendali menyusul peningkatan permintaan di tengah pemulihan ekonomi. Namun, angka tersebut dinilai tetap di bawah tingkat rata-rata 3 tahun sebelum pandemi Covid-19.
Baca Juga: Posisi cadangan devisa tergerus di bulan Maret 2021, ini respons BI
Lebih lanjut, Bank Mandiri juga memperkirakan CAD akan meningkat menjadi -1,88% dari PDB dibandingkan PDB pada tahun 2020. Surplus perdagangan kemungkinan besar akan bertahan pada semester 1 tahun 2021. Hal tersebut berkat kinerja ekspor yang solid yang didukung oleh harga komoditas global yang relatif lebih tinggi dan pemulihan ekonomi di negara-negara utama.
Kemudian pada semester 2 tahun ini, impor akan mulai mengejar seiring dengan percepatan pemulihan ekonomi, yang didorong oleh aktivitas penanaman modal tetap yang meningkat secara signifikan.
"Sekitar 90% dari total impor Indonesia merupakan barang input yaitu bahan baku dan barang modal. Impor yang lebih tinggi juga akan disumbang oleh vaksin Covid-19 yang diimpor," jelasnya.
Meskipun terjadi pelebaran CAD, Faisal menambahkan pihaknya memperkirakan neraca transaksi modal dan finansial dapat mencatat surplus yang lebih tinggi. Sehingga BoP berpotensi membukukan surplus yang lebih besar ketimbang tahun lalu.
"Arus modal asing ke pasar portofolio (pasar obligasi dan saham) diperkirakan akan normal, tetapi ketidakpastian seputar kenaikan imbal hasil US Treasury 10 tahun dapat menghambat potensi tersebut. Faktor utama yang dapat menarik arus masuk/modal adalah manajemen risiko fiskal yang baik, perbedaan suku bunga riil yang menguntungkan, dan nilai tukar Rupiah yang relatif stabil," imbuhnya.
Baca Juga: Ekonom Bank Mandiri prediksi cadangan devisa Maret 2021 menyusut hingga US$ 2 miliar
Tak hanya itu, implementasi dari Omnibus Law, termasuk pembentukan Otoritas Investasi Indonesia diharapkan dapat memperkuat arus masuk investasi asing langsung (Foreign Direct Investment) secara substansial.
"Kami proyeksi nilai tukar Rupiah pada akhir tahun 2021 yaitu Rp14.177 per US$ dibandingkan akhir tahun 2020 lalu yaitu Rp14.050 per US$," kata Faisal.
Adapun terkait posisi cadev Maret 2021 yang menurun, Faisal mengatakan jauh di atas standar kecukupan cadangan internasional 3 bulan impor. Penurunan tersebut terutama disebabkan pembayaran utang luar negeri pemerintah sesuai dengan pola jatuh temponya.
Baca Juga: Ini sentimen yang akan mempengaruhi pergerakan rupiah pada hari ini (7/4)
Selain itu, ekspektasi yang lebih tinggi pada pemulihan ekonomi AS pada tahun 2021 telah meningkatkan kekhawatiran inflasi, sehingga menaikkan imbal hasil US Treasury 10 tahun. Pada akhir Maret 2021, imbal hasil berada pada 1,74%, meningkat dari 1,44% pada akhir Februari 2021.
"Hal ini memicu arus modal keluar dari Indonesia, baik di pasar obligasi maupun saham (around US$ 1,39 miliar and US$ 0,19 miliar outflow, respectively Maret 2021). Nilai tukar Rupiah terdepresiasi sebesar 2,0% mom atau 3,4% ytd menjadi Rp 14.525 per US$ pada Maret 2021," ujarnya.
Selanjutnya: Pasar wait and see, transaksi harian bursa cenderung sepi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News