Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat, cadangan devisa pada akhir November 2022 sebesar US$ 134,0 miliar, atau naik 2,91% dari posisi akhir Oktober 2022.
Posisi ini setara dengan pembiayaan 5,9 bulan impor atau 5,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Plus, di atas standard kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memandang tambunnya cadangan devisa membuat BI memiliki amunisi dalam menjaga pergerakan rupiah.
Baca Juga: Hampir Seluruh Komponen Pembentuk Cadangan Devisa Naik pada November 2022
“BI punya amunisi yang cukup baik, karena (nilai) cadangan devisa yang relatif tinggi ini,” tegas Faisal kepada Kontan.co.id, Rabu (7/12).
Namun, meski memiliki cadangan devisa yang tambun, BI tidak akan melulu menggunakan bantalan tersebut. BI bisa melakukan intervensi dengan langkah lain.
Selama ini, BI juga menggaungkan triple intervention untuk menjaga stabilitas rupiah. Yaitu, intervensi di pasar Domestic Non-Delivery Forward (DNDF), pasar spot, juga pasar surat berharga negara (SBN).
Baca Juga: Tak Banyak Intervensi, Cadangan Devisa November 2022 Naik
Pada akhir tahun 2022, Faisal memperkirakan cadangan devisa akan bergerak di kisaran US$ 130 miliar hingga US$ 135 miliar. Jumlah ini masih cukup untuk menjaga pergerakan rupiah di tengah ketidakpastian global.
Menurut hitungan Faisal, rupiah akan bergerak di kisaran Rp 15.500 per dolar AS pada akhir tahun ini, dan pada akhir tahun 2023 menguat tipis dengan bergerak di kisaran Rp 15.285 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News