Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Cadangan devisa (cadev) Indonesia pada Mei 2020 menggendut US$ 2,62 miliar dari bulan sebelumnya menjadi US$ 130,5 miliar. Peningkatan ini meneruskan kenaikan pada bulan sebelumnya yang sebesar US$ 7,18 miliar.
Menurut catatan Bank Indonesia (BI), posisi cadev tersebut mendekati rekor tertinggi cadev Indonesia sepanjang sejarah yang mencapai US$ 131,98 miliar pada akhir Januari 2018 silam.
Baca Juga: Cadev akhir Mei mendekati rekor tertinggi sepanjang sejarah
Dengan posisi tersebut, hal ini juga berarti posisi cadev pada tahun 2020 sudah tercatat tumbuh sebesar 1,01% ytd.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede melihat, peningkatan cadev pada Mei 2020 ditopang oleh mulai mengalirnya arus modal asing terutama ke pasar obligasi dan saham Indonesia senilai US$ 1,16 miliar, yang akhirnya juga menguatkan nilai tukar rupiah.
"Masuknya investor asing terlihat pada pergerakan rupiah, yang mana sejak awal bulan Mei 2020 mengalami penguatan sebesar 1,83% ke level Rp 14.160," kata Josua kepada Kontan.co.id, Senin (8/6).
Baca Juga: Naik US$ 2,6 miliar, cadangan devisa bulan Mei capai US$ 130,5 miliar
Kabar baiknya, tren penguatan rupiah tersebut rupanya tanpa disertai intervensi yang signifikan oleh bank sentral. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi neraca finansial Indonesia sejak bulan Mei sudah kembali pulih, setelah Februari dan Maret mencatat aliran dana asing keluar yang cukup besar.
Dengan peningkatan cadev dan disertai stabilnya kondisi pasar finansial tersebut, Josua optimis kalau nilai tukar rupiah bisa bergerak di kisaran Rp 13.800 - Rp 14.100 di jangka menengah.
Selain aliran dana investor, penguatan cadev juga merupakan buah lelang Surat Berharga Bank Indonesia valuta asing (SBBI valas) yang berhasil dimenangkan sebesar US$ 536 juta, juga didorong oleh penarikan utang luar negeri (ULN) pemerintah serta penempatan valas oleh perbankan.
Baca Juga: Defisit melebar, pemerintah berencana terbitkan SBN neto Rp 1.497,6 triliun di 2020
"Hal tersebut mengindikasikan kalau pemerintah Indonesia menarik ULN setelah pada bulan sbeelumnya menerbitkan global bond dalam rangka pembiayaan APBN yang diharapkan mampu merangsang perekonomian Indonesia," katanya.
Lebih lanjut, dengan peningkatan cadev tersebut, ia melihat adanya pintu yang terbuka bagi perbaikan kondisi Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) di kuartal II-2020, setelah sebelumnya di tiga bulan pertama tahun ini tercatat defisit US$ 8,54 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News