Reporter: Benedicta Prima | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga tiket angkutan udara pada awal bulan lalu ternyata berdampak pada tingkat inflasi Januari 2019. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat harga tiket angkutan udara (pesawat) masih menyumbang inflasi sebesar 0,02%.
Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan kondisi ini anomali. Sebab berdasarkan pola dari tahun sebelumnya, justru tiket angkutan udara menyumbang deflasi alias menjadi salah satu komponen yang menahan laju inflasi.
"Ini agak tidak biasa, Januari tahun lalu menyumbang deflasi, tapi awal Januari ini harga masih tinggi," jelas Suhariyanto di Kantor BPS, Jumat (2/1).
Seperti diketahui, pada awal Januari 2019 berbagai maskapai angkutan udara menaikkan tarifnya. Hal ini diawali oleh kenaikan tiket pesawat Garuda Indonesia. Bahkan, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) sempat menuding adanya kartel dalam kenaikan harga. Kartel adalah tindakan para pelaku usaha membuat perjanjian mengenai ketetapan harga yang harus dibayar konsumen untuk mengurangi persaingan.
Kendati demikian, Kementerian Perhubungan (Kemhub) telah mengkonfirmasi bahwa tarif maskapai yang berlaku saat itu masih sesuai dengan Peraturan Menteri perhubungan Nomor 14 Thun 2016 tentang mekanisme formulasi perhitngan dan penetapan tarif batas atas dan tarif batas bawah penumpang pelayanan kelas ekonomi angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri.
Saat ini, beberapa maskapai juga membuat ketentuan baru terkait bagasi berbayar salah satunya yang sudah memberlakukan adalah Lion Air. Sejak 22 Januari 2019 Lion Air Group telah menghapuskan kebijakan bagasi gratis.
Kebijakan tersebut, jelas Suhariyanto, akan berpengaruh ada pergerakan inflasi ke depan. Hanya saja besaran pengaruhnya belum diketahui. Sebab BPS perlu menghitung jumlah rute serta share dengan total keseluruhan rute penerbangan domestik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News