Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Impor minyak dan gas (migas) pada Oktober 2019 tercatat mengalami kenaikan sebesar 10,26% (mom) atau sebesar US$ 163,4 juta menjadi US$ 1,76 miliar.
Menanggapi hal itu, ekonom Bank Permata Josua Pardede melihat bahwa kenaikan impor migas pada Oktober 2019 ini disebabkan oleh kenaikan volume yang yang merupakan langkah antisipasi untuk persediaan pada akhir tahun.
Baca Juga: BPS catat impor bulan Oktober 2019 naik 3,57%, ini daftarnya
Seperti yang diketahui, BPS juga mencatat bahwa volume impor migas pada bulan Oktober 2019 naik sebesar 5,31% (mom). Dengan sebelumnya pada bulan September mencatat volume sebesar 3,18 juta ton, dan menjadi menjadi 3,34 juta ton pada bulan Oktober 2019.
Kenaikan tersebut disebabkan oleh kenaikan volume hasil minyak sebesar 10,71% (mom) dari 1,85 juta ton menjadi 2,05 juta ton. Demikian juga dengan volume gas naik tipis 0,59% (mom) menjadi 510,300 ton.
Hal tersebut juga diungkapkan oleh peneliti ekonomi senior Institut Kajian Strategis Universitas Kebangsaan RI Eric Sugandi. "Kemungkinan untuk stok Pertamina. Untuk persediaan bulan-bulan ke depan dan untuk memenuhi permintaan bulan lalu," kata Eric kepada Kontan.co.id, Jumat (15/11).
Baca Juga: BPS catat ekspor Oktober 2019 tumbuh 5,92% menjadi US$ 14,93 miliar
Namun, Josua juga menyoroti soal keseluruhan impor migas secara tahun kalender periode Januari 2019 - Oktober 2019 yang mengalami penurunan sebesar 19,10% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Menurut Josua, penurunan tersebut sejalan dengan penggunaan B20 di dalam negeri. Tidak hanya itu, pemerintah juga akan menerapkan program lanjutan B30 dan Josua melihat ini sebagai peluang dalam memperkecil impor migas.
"Dengan penerapan B30 tahun depan, diperkirakan impor migas akan melambat dan bahkan mengurangi impor migas lebih lanjut lagi," terang Josua.
Berbeda dengan Josua, Eric melihat bahwa memang B20 dan B30 ini bisa membantu menurunkan impor migas. Namun, konsumsi masyarakat terhadap migas dinilai masih tinggi, sementara komponen B20 dan B30 pun masih terdiri dari 80% solar dan 70% solar.
Baca Juga: Impor turun, neraca dagang Oktober surplus US$ 161 juta
Eric menilai kalau pola konsumsi migas masyarakat masih tinggi, maka impor migas juga belum bisa cepat dikurangi. Apalagi jumlah kendaraan pribadi yang sekarang lebih banyak dan banyak pula yang tidak menggunakan solar atau biodiesel sehingga B20 dan B30 ada batas cakupannya.
"Dalam jangka panjang, idealnya masyarakat didorong pakai angkutan umum. Oleh karena itu harus ada sinergi dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah," jelas Eric.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News