Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi tahunan (year on year) sampai dengan Mei 2025 sebesar 1,60%, dengan komponen inti menjadi penyumbang utama inflasi.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menjelaskan bahwa komponen inti mengalami inflasi tahunan sebesar 2,40%, dengan andil terbesar terhadap inflasi umum yakni 1,53%.
“Komoditas utama yang mendorong inflasi inti adalah emas perhiasan, kopi bubuk, dan minyak goreng,” kata Pudji dalam konfrensi pers, Senin (2/6).
Baca Juga: BPS Catat Inflasi Tertinggi di Bulan November 2024 Terjadi di Papua, Capai 1,41%
Selain itu, komponen harga diatur pemerintah juga mencatat inflasi tahunan sebesar 1,36%, dengan andil terhadap inflasi nasional sebesar 0,27%.
Penyebabnya antara lain adalah kenaikan tarif air minum sistem pompa di 12 wilayah, serta harga rokok SKM dan SKT.
Sementara itu, sejumlah komoditas pangan strategis justru menjadi penekan harga di tengah stabilitas harga yang masih terjaga. Ini membuat komponen harga bergejolak justru mengalami deflasi sebesar 1,17%, dengan andil terhadap inflasi umum sebesar 0,20%.
Di sisi lain, komoditas yang dominan memberikan andil deflasi berasal dari kelompok pangan seperti daging ayam ras, bawang merah, cabai merah, tomat, dan telur ayam ras.
Dari sisi sebaran wilayah, sebanyak 37 provinsi mengalami inflasi tahunan, sedangkan hanya Papua Barat yang mengalami deflasi. Inflasi tertinggi tercatat di Papua Pegunungan dengan laju mencapai 5,75%.
Baca Juga: BPS Catat Inflasi 2024 Hanya 1,57%
Adapun secara bulanan (month-to-month), terjadi deflasi sebesar 0,37% pada Mei 2025. Faktor utama penekan harga adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil deflasi 0,41%. Komoditas penyumbang utamanya yakni cabai merah, cabai rawit, bawang merah, dan bawang putih.
Menariknya, meskipun emas perhiasan menjadi pendorong inflasi inti, komoditas ini juga tercatat sebagai penyumbang deflasi tahunan terbesar pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, yang memberikan andil deflasi 0,59%.
“Ini menunjukkan dinamika harga yang kompleks, di mana komoditas yang sama bisa memiliki pengaruh berbeda tergantung klasifikasi kelompok pengeluarannya,” ungkap Pudji.
Baca Juga: BPS Catat Inflasi Tahunan Ramadan 2025 Melambat, Lebih Rendah Dibandingkan 2024
BPS menilai, meskipun terjadi deflasi bulanan, tingkat inflasi tahunan yang terkendali mencerminkan kondisi ekonomi domestik yang relatif stabil di tengah berbagai tekanan harga global dan domestik.
Selanjutnya: Survei BRI Mencatat Pertumbuhan Bisnis UMKM Tunjukkan Perbaikan di Kuartal I 2025
Menarik Dibaca: Swamedikasi di Indonesia Tinggi: Bahayakah?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News