Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. BPJS Kesehatan menargetkan kepesertaan aktif Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bisa mencapai 229 juta jiwa di tahun ini.
Direktur Keuangan dan Investasi BPJS Kesehatan Arief Witjaksono Juwono Putro mengklai peserta aktif JKN mengalami tren kenaikan dari tahun ke tahun.
"Posisisnya dari tahun ke tahun makin banyak dari posisi 197 juta pada tahun 2020, saat ini sampai april 2025 sudah mencapai 224,1 juta jiwa," kata Arief dalam Raker Bersama Komisi IX DPR RI, Rabu (7/5).
Arief merinci pada tahun 2020 jumlah peserta aktif JKN mencapai 197,87 jiwa, turun tipis di tahun 2021 menjadi 187 jiwa, kembali naik di tahun 2022 menjadi 204,3 juta jiwa,lalu naik di tahun 2023 menjadi 213,5 juta juwa, naik lagi di tahun 2024 menjadi 222,6 juta jiwa dan hingga April 2025 naik mencapai 224,1 juta jiwa.
Jika berdasarkan segmen kepesertaan sebanyak 96,76 juta merupakan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI JK), kemudian 18,78 merupakan Pekerja Penerima Upah Penyelenggara Negara (PPU PN), selanjutnya sebanyak 37,81 juta adalah Pekerja Penerima Upah Badan Usaha (PPU BU).
Baca Juga: Menanti Hasil Pertemuan FMOC, Rupiah Anyep Terhadap Dolar AS pada Rabu (07/5)
Selain itu, sebanyak 17,1 juta merupakan Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU), lalu 48,8 adalah PBPU Pemerintah Daerah , dan 4,93 yakni Bukan Pekerja (BP).
Lebih lanjut, Arief menuturkan hingga April 2025 jumlah kepersertaan total JKN saat ini telah mencapai 979,98 juta jiwa atau 98,25 dari total populasi penduduk Indonesia.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kesehatan) mencatat kepesertaan non aktif dari BPJS Kesehatan meningkat dari tahun 2019 mencapai 20,2 juta menjadi 56,8 juta hingga Maret 2025.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemenkes Kunta Wibawa Dasa Nugraha menjelaskan secara cakupan kepesertaan BPJS Kesehatan memang naik signifikan dari tahun 2019 yang hanya 83,6% dari total populasi masyarakat Indonesia menjadi 98,3 % hingga Maret tahun ini.
Namun jika dilihat dari kepesertaan aktif peningkataanya tidak cukup tinggi hanya naik 3,6% dari 76,1% di tahun 2019 menjadi 79,7% hingga Maret 2025 ini.
"Dan yang meningkat drastis justru non aktif yang tadinya 20,2 juta di tahun sebelum covid menjadi 56,8 juta, ini yang harusnya menjadi konsen bersama bagaimana kita mengejar non aktif," kata Kunta.
Kunta merinci peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) atau BPJS Kesehatan non aktif cenderung mengalami tren kenaikan sejak masa covid 2019 lalu.
Berdasarkan data Kemenkes pada tahun 2019 kepesertaan non aktif mencapai 20,2 juta, kemudian naik di tahun 2020 menjadi 24,6 juta, dan naik kembali tahun 2021 menjadi 48,7 juta, lalu turun tipis di tahun 2022 menjadi 44,4 juta, kembali naik di tahun 2023 menjadi 53,8 juta, terus naik di tahun 2024 menjadi 55,4 juta dan alami kenaikan hingga Maret 2025 menjadi 56,8 juta.
Menurut Kunta, hal ini dipicu karena beberapa hal yakni non aktif karena menunggak dan mutasi namun belum mengaktifkan kembali kepesertaannya.
"Yang mutasi bisa macem-macem dari PBI miaslnya sudah berkeluarga bekerja bisa biaya sendiri, atau tidak bekerja menjadi bekerja kemudian dibiayai perusahaan," jelasnya.
Baca Juga: BPJS Kesehatan Perkuat Strategi Keaktifan Peserta & Kolektibilitas Iuran Program JKN
Selanjutnya: Menanti Hasil Pertemuan FMOC, Rupiah Anyep Terhadap Dolar AS pada Rabu (07/5)
Menarik Dibaca: Apakah Kentang Bagus untuk Diet Menurunkan Berat Badan? Ini Faktanya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News