kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Boros lahan, Ridwan Kamil kritik desain Ibu Kota baru di Kalimantan Timur


Senin, 26 Agustus 2019 / 21:19 WIB
Boros lahan, Ridwan Kamil kritik desain Ibu Kota baru di Kalimantan Timur
ILUSTRASI. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil


Reporter: kompas.com | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - BANDUNG. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mendukung rencana pemindahan Ibu Kota negara ke Panajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Tapi, sebagai arsitek, ia menyoroti desain dan asumsi pembangunan kota yang kurang tepat.

"Asumsi lahannya (di Kalimantan Timur) terlalu luas, 200.000 hektare untuk 1,5 juta penduduk. Menurut saya, boros lahannya," kata Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, di Gedung DPRD Jawa Barat, Senin (26/8).

Emil menyebutkan, Indonesia harus bercermin dengan kondisi Ibu Kota baru Brasil atau Myanmar yang kini sepi aktivitas lantaran lahannya yang terlalu luas. Kondisi itu akan membuat penduduk tak betah.

"Ibu Kota yang baik di dunia, banyak mengalami kesalahan. Contohnya, Brasil di Brasilia sampai sekarang tanahnya terlalu luas, manusia tidak betah. Myanmar juga sama sepi," ungkap Emil.

Baca Juga: Pemprov Kaltim siapkan lahan 230.000 ha untuk ibu kota baru

Emil menilai, salah satu pengembangan Ibu Kota negara yang baik adalah di Washington DC. Ibu Kota Amerika Serikat itu punya perbandingan lahan dan populasi yang ideal.

Di Washington DC, menurut Emil, populasi penduduknya hanya 700.000 jiwa yang menempati lahan seluas 17.000 hektare. Di sana, dengan lahan dan penduduk sebanyak itu, orang bisa berjalan kaki dengan nyaman.
 
Karena itu, lahan yang terlalu luas akan berdampak pada besarnya beban penyediaan infrastruktur. Jadi, Emil menyarankan, kalau 1,5 juta penduduk, lahannya cukup 35.000 hektare saja.

"Kalau akan dihuni 1 juta penduduk tapi lahannya 200.000 hektare, kebayang borosnya aspal, kabel, infrastruktur hanya untuk mengakomodir penduduk itu," imbuh Emil.

Baca Juga: Penajam Paser Utara jadi Ibu Kota, Tol Balikpapan-Samarinda siap beroperasi

Memang, Emil tak mempersoalkan konsep city forest pada Ibu Kota baru. Namun, dalam konsep tata kota penduduk perkotaan mesti mendapat fasilitas layanan yang serba dekat.

"Yang jadi masalah itu luasnya, manusia di kota butuh jarak dekat bukan jauh. Jarak jauh konsekuensinya mahal infrastruktur. Berarti trotoar harus lebih panjang, jalan banyak, maka belajar dari kesalahan negara lain, tirulah yang baik, dari kajian saya itu," jelas Emil.

Penulis: Kontributor Bandung, Dendi Ramdhani

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ridwan Kamil Kritik Desain Ibu Kota Baru"

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×