Reporter: Yudho Winarto | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Wakil Presiden (Wapres) Boediono menyatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia bergerak positif meski di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Hal ini disampaikan Boediono dihadapan peserta Forum Global Alumni Global Wharton School University of Pennsylvania, di Grand Hyatt, Jumat (22/6).
Dalam acara tersebut, turut dihadiri oleh Gubernur Bank Sentral Malaysia, Tan Sri Dato' Dr. Zeti Akhtar Aziz, dan Sir Rod Eddington, Chairman of JP Morgan Australia dan mantan pemimpin perusahaan penerbangan Cathay Pacific dan British Airways.
Dalam kesempatan itu, Boediono menjelaskan, Indonesia mampu melewati krisis ekonomi 1998 dan 2008 lalu. Hingga kini, ekonomi Indonesia tetap tumbuh 6% saat terjadi ketidakpastian ekonomi global."Sejumlah negara berharap pencapaian serupa Indonesia," katanya.
Lebih lanjut, pencapaian ini tidak semata karena faktor keberuntungan semata. Melainkan hasil kerja keras pemerintah dan dunia usaha. Tidak sedikit perusahaan milik negara telah diprivatisasi dan menjadi perusahaan publik. "Enam perusahaan negara kini berada di daftar 500 perusahaan global versi majalah Fortune," katanya.
Potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia, menurut Boediono masih terbuka untuk sektor konsumsi, infrastruktur, serta sumber daya alam. Boediono memberikan contoh, Indonesia butuh investasi sapi, karena konsumsi daging di Indonesia baru 7 kilogram daging per kapita per tahun, tertinggal dari Malaysia yang menghabiskan 47 kg daging per kapita per tahun.
Dalam bidang infrastruktur, Indonesia juga membutuhkan banyak investasi baru mengingat dengan pertumbuhan yang semakin mendesak. Indonesia butuh tambahan tenaga listrik hingga 25.000 Megawatt pada 2020, dimana separuhnya harus datang dari energi terbarukan.
Kemudian, dari sisi infrastruktur jalan diperlukan 10.000 kilometer (km) jalan baru untuk tahun mendatang. Selain itu, kebutuhan penambahan bandara juga mendesak, termasuk pelabuhan, serta jalur kereta api.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News