kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Boediono: Pertumbuhan ekonomi Indonesia positif


Jumat, 22 Juni 2012 / 14:14 WIB
Boediono: Pertumbuhan ekonomi Indonesia positif
ILUSTRASI. Pekerja membersihkan panel Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Praya, Lombok Tengah, NTB, Selasa (2/2/2021). ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/foc.


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Wakil Presiden (Wapres) Boediono menyatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia bergerak positif meski di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Hal ini disampaikan Boediono dihadapan peserta Forum Global Alumni Global Wharton School University of Pennsylvania, di Grand Hyatt, Jumat (22/6).

Dalam acara tersebut, turut dihadiri oleh Gubernur Bank Sentral Malaysia, Tan Sri Dato' Dr. Zeti Akhtar Aziz, dan Sir Rod Eddington, Chairman of JP Morgan Australia dan mantan pemimpin perusahaan penerbangan Cathay Pacific dan British Airways.

Dalam kesempatan itu, Boediono menjelaskan, Indonesia mampu melewati krisis ekonomi 1998 dan 2008 lalu. Hingga kini, ekonomi Indonesia tetap tumbuh 6% saat terjadi ketidakpastian ekonomi global."Sejumlah negara berharap pencapaian serupa Indonesia," katanya.

Lebih lanjut, pencapaian ini tidak semata karena faktor keberuntungan semata. Melainkan hasil kerja keras pemerintah dan dunia usaha. Tidak sedikit perusahaan milik negara telah diprivatisasi dan menjadi perusahaan publik. "Enam perusahaan negara kini berada di daftar 500 perusahaan global versi majalah Fortune," katanya.

Potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia, menurut Boediono masih terbuka untuk sektor konsumsi, infrastruktur, serta sumber daya alam. Boediono memberikan contoh, Indonesia butuh investasi sapi, karena konsumsi daging di Indonesia baru 7 kilogram daging per kapita per tahun, tertinggal dari Malaysia yang menghabiskan 47 kg daging per kapita per tahun.

Dalam bidang infrastruktur, Indonesia juga membutuhkan banyak investasi baru mengingat dengan pertumbuhan yang semakin mendesak. Indonesia butuh tambahan tenaga listrik hingga 25.000 Megawatt pada 2020, dimana separuhnya harus datang dari energi terbarukan.

Kemudian, dari sisi infrastruktur jalan diperlukan 10.000 kilometer (km) jalan baru untuk tahun mendatang. Selain itu, kebutuhan penambahan bandara juga mendesak, termasuk pelabuhan, serta jalur kereta api.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×