kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

BI: Suku Bunga Acuan Bukan Satu-Satunya Instrumen Penangkal Ketidakpastian Global


Kamis, 24 Agustus 2023 / 16:38 WIB
BI: Suku Bunga Acuan Bukan Satu-Satunya Instrumen Penangkal Ketidakpastian Global
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) bersama para Deputi Gubernur BI dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur di Jakarta, Kamis (24/8/2023).


Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) meyakini, Bank Sentral Amerika Serikat (AS) akan menaikkan suku bunga acuan lagi pada September 2023.  Bahkan, ada kemungkinan kenaikan suku bunga acuan dari The Federal Reserve (The Fed) tersebut akan dua kali lipat dari perkiraan sebelumnya. 

"Kami perkirakan September 2023 ini masih akan ada kenaikan suku bunga The Fed. Bahkan probabilitas akan naik dua kali lipat," terang Perry saat ditanya awak media, Rabu (24/8). 

Perry bilang, probabilitas tersebut terbuka seiring dengan tingkat inflasi AS yang masih tinggi serta ketatnya pasar tenaga kerja di negara Paman Sam. 

Kemungkinan langkah yang akan diambil The Fed ini akan membawa dampak terhadap pasar keuangan global, termasuk Indonesia.  Bisa saja, dolar AS akan menguat seperti yang telah terjadi selama beberapa waktu terakhir. Sehingga menyebabkan, stabilitas nilai tukar rupiah akan terganggu. 

Baca Juga: Bos BI Proyeksi Suku Bunga The Fed Naik Lebih Tinggi di Bulan Depan

Untuk meminimalisir dampak tersebut, Perry bilang penawar yang dikeluarkan oleh BI bukan hanya terbatas pada kebijakan suku bunga acuan. 

"Jamunya ya bukan suku bunga saja. Namun, intervensi valuta asing. Alhamdullilah meski rupiah agak melemah, tetapi akan lebih rendah pelemahannya dari negara lain," tegas Perry. 

Selain melakukan intervensi di pasar valuta asing, Perry juga memperkuat kebijakan untuk menarik para eksportir menempatkan devisa hasil ekspor (DHE) lebih lama di dalam negeri.  Plus, BI meluncurkan instrumen baru berupa Sekuritas Rupiah BI (SRBI) untuk memperkuat upaya pendalaman pasar uang. 

Segala upaya tersebut dilakukan, untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah yang berpotensi terganggu dengan ketidakpastian global yang masih tinggi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×