kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.095   -25,00   -0,16%
  • IDX 7.108   -49,86   -0,70%
  • KOMPAS100 1.064   -9,05   -0,84%
  • LQ45 834   -8,40   -1,00%
  • ISSI 216   -2,01   -0,92%
  • IDX30 426   -3,80   -0,88%
  • IDXHIDIV20 514   -4,38   -0,84%
  • IDX80 121   -1,10   -0,90%
  • IDXV30 127   -0,23   -0,18%
  • IDXQ30 142   -1,29   -0,90%

BI Sarankan Normalisasi Kebijakan Harus di Saat yang Tepat


Senin, 21 Maret 2022 / 15:53 WIB
BI Sarankan Normalisasi Kebijakan Harus di Saat yang Tepat
ILUSTRASI. BI Sarankan Normalisasi Kebijakan Harus di Saat yang Tepat


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 membuat banyak negara jor-joran dalam memberikan stimulus kebijakan, baik di sisi fiskal maupun moneter. 

Saat pandemi Covid-19 berangsur membaik dan perekonomian mulai bergeliat, Bank Indonesia (BI) mengingatkan agar normalisasi kebijakan yang dilakukan negara-negara di dunia harus mengambil momentum yang tepat. 

“Jadi normalisasi harus dilakukan secara tepat. Kalau normalisasi kebijakan dilakukan terlalu cepat ada risikonya, dan kalau normalisasi kebijakan terlalu lambat juga berisiko,” ujar Deputi Gubernur BI, Juda Agung, dalam Public Lecture G20 Semarang, Senin (21/3). 

Juda kemudian memerinci, bila normalisasi kebijakan dilakukan terlalu cepat, maka akan menghambat pemulihan ekonomi dan bahkan meningkatkan risiko stabilitas sistem keuangan. 

Baca Juga: Harga Saham BBCA Stagnan, BBRI Menghijau di Perdagangan Bursa Senin (21/3)

Nah, bila dilakukan terlalu lambat, maka akan berisiko mendistorsi pemulihan ekonomi. Pasalnya, akan muncul moral hazard, alokasi sumber daya yang tidak efisien, menunda penyesuaian struktural, dan akan menguras sumber daya fiskal. 

“Karena dari sisi pemerintah, harus terus menyediakan budget anggaran untuk mendorong stimulus ini,” jelas Juda. 

Dengan demikian, Juda berharap adanya koordinasi global agar normalisasi kebijakan berjalan dengan baik, efektif, dan bahkan meminimalisir efek negatif dampak rambatan global (spillover effect). Juda juga berharap adanya komunikasi yang jelas antarnegara. 

Karena, bila satu negara terlalu cepat dalam melakukan normalisasi dan tidak ada komunikasi yang baik, maka akan memberi dampak pada negara lain seperti yang pernah terjadi pada tahun 2013 silam, di mana ada taper tantrum

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×