kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI berlakukan rate variabel dalam operasi moneter


Selasa, 31 Januari 2017 / 19:32 WIB
BI berlakukan rate variabel dalam operasi moneter


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) tak putus akal memperkuat transmisi kebijakan moneter ke pasar. BI kini memberlakukan Operasi Pasar Terbuka atau Open Market Operation dengan menggunakan metode harga beragam atau variable-rate tenders (VRT) per 1 Februari 2017, dari sebelumnya metode harga tetap atau fixed-rate tenders (FRT).

Menurut Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Juda Agung, ini menjadi salah satu instrumen pengendalian inflasi tahun ini. BI memperkirakan, inflasi akan melonjak karena penyesuaian tarif listrik dan dari kondisi perekonomian global.

Sekadar mengingatkan, Operasi Pasar Terbuka Bank Indonesia memiliki dua fungsi, yaitu untuk menyerap (absorpsi) likuiditas dari pasar dan membanjiri (injeksi) likuiditas. 

Untuk menyuntik likuiditas ke pasar, BI menyediakan instrumen misalnya repurchase agreement (repo), membeli SBN outright, dan membeli valas terhadap rupiah. 

Untuk menyerap likuiditas, beberapa instrumen yang digunakan BI antara lain menerbitkan atau menjual Sertifikat Bank Indonesia (SBI), reverse repo Surat Berharga Negara (SBN).

Ruang bunga terbatas

“Mulai tanggal 1 Februari, suku bunga OMO sudah menggunakan variable-rate tenders. Gunanya agar itu mencerminkan mekanisme pasar,” kata Juda di Hotel Pullman, Jakarta (31/1).

Meski pasar bisa menentukan rate atau diskonto, BI akan tetap menentukan kuantitasnya. Suku bunga yang terbentuk pasar akan diumumkan. Menurut Juda, ini nanti akan berpengaruh terhadap bank dan pasar uang antarbank (PUAB) jangka panjang. 

“Bukan PUAB harian. Nanti bisa mempengaruhi repo 3 bulan, repo 6 bulan,” katanya.

Dia menilai, sejatinya BI dengan instrumen bunga acuan 7 Day (Reverse) Repor Rate sudah cukup untuk mengadapi tekanan domestik dan global. Namun, melihat masih tingginya risiko-risiko seperti inflasi yang tinggi dan kondisi global yang penuh ketidakpastian, BI akan lebih berhati-hati.

“Kami akan hati-hati menggunakan suku bunga dalam bauran kebijakan,” ucapnya.

Adapun Juda mengatakan bahwa BI tidak ingin proses pelonggaran 150 basis poin yang sudah terjadi menjadi sia-sia.

"Kami ingin terus terjadi penyesuaian di suku bunga deposito maupun kredit yang pada akhirnya mendorong pertumbuhan kuantitas kreditnya sendiri,” katanya.

Ruang bagi BI untuk pelonggaran moneter, menurut Juda, saat ini terbatas karena meningkatnya tekanan inflasi yang berasal dari penyesuaian tarif listrik dan dari kondisi perekonomian global.

“Ruang BI untuk turunkan suku bunga terbatas sehingga kami tetap dorong transaksi kebijakan moneter yang sudah dilakukan tahun lalu,” katanya.

Juda mengatakan, upaya BI saat ini adalah untuk mencegah agar bank-bank menaikkan suku bunga mereka. Menurut dia, BI juga akan terus memastikan bank memiliki likuiditas yang cukup sehingga mereka tidak perlu menaikkan tarif, termasuk untuk pinjaman.

“Suku bunga BI sudah turun 150 basis poin, suku bunga deposito baru turun 122 basis poin, suku bunga kredit turun 75 basis poin. Transmisi kelonggaran ini belum komplit. Ini akan kami dorong agar transmisi komplit, dengan kita menjaga kecukupan likuiditas agar bank tidak buru-buru naikkan suku bunga,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×