Reporter: Vendi Yhulia Susanto | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyebutkan, konsep pembangunan ibukota baru nantinya adalah forest city. Yakni konsep ibukota yang ramah lingkungan.
"Pemindahan ibukota ke wilayah Kalimantan tidak mengurangi hutan lindung yang ada," kata Menteri PPN Bambang Brodjonegoro, Rabu (10/7).
Bambang menyatakan, pemindahan ibukota nantinya tidak akan mengganggu tatanan sosial atau kebudayaan yang ada di Kalimantan. Sebab, pembangunannya di atas lahan yang tidak didiami warga setempat sebelumnya.
Baca Juga: Presiden Jokowi akan mengumumkan lokasi pemindahan ibu kota baru dalam waktu dekat
Lebih lanjut, Ia bilang merencanakan ibukota baru nantinya akan tersambung dengan jaringan pipa gas untuk kebutuhan rumah tangga. Serta jaringan air bersih yang memadai. Sehingga nantinya tidak ada permasalahan mengenai permasalahan kurangnya pasokan air bersih ke rumah tangga.
Selain itu, hingga saat ini pemerintah tengah berkomunikasi dengan pihak swasta dalam pembangunan ibukota baru tersebut. Menurut dia, tidak hanya pihak swasta yang dapat bekerjasama, tetapi Badan Usaha Milik Negara juga bisa bekerja sama dalam hal tersebut.
"Kita sudah komunikasi dengan REI pada intinya mereka siap masuk tanpa membutuhkan APBN satu rupiah pun, yang dibutuhkan adalah kepastian terutama dari segi penggunaan wilayahnya. Dia butuh kepastian kalau dia memang dapat konsesi untuk lahan jangan sampai ada kemudian terganggu gugat atau terganggu dalam proses perjalanannya. Banyak pelaku usaha yang tertarik dan juga BUMN boleh ikut," ujar dia.
Baca Juga: Akibat polusi udara Jakarta memburuk, Jokowi hingga Anies digugat ke pengadilan
Bambang bilang, dalam waktu dekat Presiden akan mengumumkan wilayah mana yang akan dijadikan sebagai ibukota baru. "Mudah-mudahan dalam waktu dekat presiden dalam waktu dekat akan presiden akan mengumumkan wilayah persisnya," ucap dia.
Duta Besar Brazil untuk Indonesia Rubem Barbosa mengatakan, diperlukan waktu untuk melihat dampak pemindahan ibukota. Sebagai contoh, saat ini Brazilia yang merupakan Ibukota Brazil sejak 1960 merupakan wilayah dengan pendapatan per kapita tertinggi di Brazil.
"Terkait pemindahan ibu kota Brasil ke Brasilia, ide awalnya adalah untuk menyebarkan populasi masyarakat Brasil agar menjadi lebih imbang. Sebagai ukuran sukses pemindahan ibu kota, saat ini, Brasilia memiliki pendapatan per kapita tertinggi di Brasil. Brasilia juga berjasa bagi penyebaran agribisnis karena peran sentralnya sebagai kota di tengah-tengah negara Brasil," jelas Duta Besar Brasil untuk Indonesia Rubem Barbosa.
Baca Juga: Moeldoko sambut gembira pemindahan ibu kota ke Kalimantan
Duta Besar Indonesia untuk Brazil tahun 2010 - 2015, Sudaryomo Hartosudarmo mengatakan, diperlukan tiga hal agar proses pemindahan ibukota baru dapat berjalan baik. Pertama, perencanaan yang baik. Kedua, alokasi dana untuk pemindahan ibukota harus aman. Ketiga, adalah regulasi.
"Tiga hal itu dijalankan dengan baik oleh Brazil dalam memindahkan ibukota, sehingga hanya diperlukan waktu 2000 hari untuk pemindahan ibukota," kata Sudaryomo.
Ia mengatakan, adanya pemindahan ibukota berdampak pada kota-kota di sekitarnya seperti yang terlihat di Brazil. Terdapat 20 kota di sekitar Brazilia yang pertumbuhan ekonominya membaik setelah pemindahan ibukota tersebut.
"Sekarang Brasilia sudah luar biasa berkembang, dampaknya adalah perkembangan kota-kota satelit di sekitarnya. Ada sekitar dua puluh kota kecil yang tumbuh industrinya, pariwisatanya. Dua puluh kota kecil tersebut menjadi pusat industri baru, perdagangan, dan pariwisata," tutur Sudaryomo.
Baca Juga: Pemindahan ibu kota, jangan sampai penduduk lokal jadi penonton
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News