Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemerintah menargetkan asumsi nilai tukar rupiah berada dalam rentang Rp 15.300 hingga Rp 16.000 per dollar Amerika Serikat (AS) dalam Kebijakan Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) 2025.
Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Abdurrahman membeberkan beberapa faktor penetapan asumsi nilai tukar rupiah tahun depan yang lebih optimistis di tengah rupiah yang masih bergerak fluktuatif pada saat ini.
Faktor tersebut diantaranya, Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed diperkirakan akan mulai memangkas suku bunga acuan sekitar dua kali pada paruh kedua tahun ini, kemudian dilanjutkan minimal dua kali pada 2025. Oleh karena itu, tekanan terhadap rupiah terhadap dollar diperkirakan menurun di 2025.
Dari sisi domestik, kondisi politik juga sudah kondusif karena proses pemilihan umum (pemilu) 2024 sudah selesai dilaksanakan dan kepemimpinan presiden selanjutnya sudah ditetapkan oleh KPU.
“Kinerja ekonomi yang rekatif kuat, mulai membaiknya ekspor, meningkatnya penempatan DHE (devisa hasil eskpor), dan inflasi yang relatif stabil, akan mendorong penguatan rupiah di 2025,” tutur Rahman sapaan akrabnya kepada Kontan, Selasa (21/5).
Baca Juga: Tarik Minat Eksportir untuk Tempatkan DHE SDA, Pemerintah Beri Insentif PPh hingga 0%
Ia menyebut, penentuan asumsi dasar ekonomi makro 2025, termasuk nilai tukar rupiah dilakukan melalui rapat antar departemen yang dihadiri perwakilan dari berbagai kementerian/Lembaga (K/L) seperti Kementerian Keuangan, Kemenko Perekonomian, Bappenas, Bank Indonesia, dan lainnya.
Dalam rapat tersebut didiskusikan analisis dari masing-masing lembaga dengan model proyeksi ekonomi masing-masing mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhinya, seperti historikal data, trend saat ini, dan prospek yang akan datang.
“Kesepakatan diambil setelah melalui diskusi panjang dari masing-masing lembaga sampai mengerucut ke satu angka,” kata Rahman.
Meski optimistis, Rahman juga mengakui memang dalam menentukan asumsi nilai tukar rupiah memang variabel yangg paling sulit diprediksi, karena kondisinya bergerak sangat cepat menyesuaikan dinamika yang terjadi, baik ekonomi dan non-ekonomi.
Di samping itu, asumsi nilai tukar rupiah dalam KEM PPKF ini masih dalam kisaran, dan masih akan dibahas dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI untuk menentukan angkanya.
“Namun harus diingat, kurs ini merupakan variabel ekonomi yang paling sulit diprediksi,” kata Rahman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News