Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepala ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan aliran modal asing yang keluar dari pasar keuangan dalam negeri adalah hal yang lumrah. Setidaknya dalam jangka pendek ini.
David bilang, ini merupakan langkah antisipasi dari para investor dalam menghadapi potensi kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed).
“Ini biasa. Antisipasi kenaikan suku bunga The Fed. Bahkan sebenarnya tren ini sudah terjadi pada akhir tahun lalu,” kata David kepada Kontan.co.id, Jumat (21/1).
Baca Juga: Investor Asal Singapura Makin Menancapkan Kuku di Perbankan Indonesia
Akan tetapi, David tidak khawatir. Pasalnya, untuk saat ini porsi asing terutama pada investasi di instrumen Surat Berharga Negara (SBN) sudah lebih kecil, atau sudah di bawah 20%.
Ia kemudian tak menampik kalau ini memang menjadi salah satu faktor yang menekan pergerakan nilai tukar rupiah. Namun, menurut David pengaruh hengkangnya asing dari investasi portofolio tidak berdampak besar.
“Pelemahan nilai tukar rupiah pada akhir tahun ini karena impor naik. Jadi wajar rupiah melemah karena ada permintaan riil, bukan utamanya karena outflow portofolio,” tegas David.
Baca Juga: Saham-Saham Ini Banyak Dijual Asing Saat IHSG Menguat, Jumat (21/1)
Dalam jangka pendek ini, David memperkirakan nilai tukar rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.300 per dollar AS. Sedangkan pada akhir tahun, secara fundamental rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp 14.500 hingga Rp 14.600 per dollar AS.
David percaya Bank Indonesia (BI) masih akan mumpuni dalam menjaga pergerakan nilai tukar rupiah, dengan triple intervention dan masih tambunnya cadangan devisa sebagai bantalan utama rupiah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News