Reporter: Patricius Dewo | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wakil ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani menilai asumsi makro perekonomian tahun 2019 terlalu positif di tengah banyaknya tantangan ekonomi global. Meski begitu, ia masih optimistis pemerintah akan tetap memperhatikan porsi pembangunan sosial ke depan.
"Untuk 2019 saya lihat porsi pembangunan sosial juga tetap tinggi seperti KUR, perlindungan sosial untuk 40% penduduk termiskin, beasiswa pendidikan, layanan kesehatan infrastruktur fisik dan dana desa," kata Shinta kepada Kontan.co.id Kamis (16/8).
Hanya saja, Shinta menilai asumsi makro perekonomian 2019 terlalu positif, karena mengingat the Fed yang diprediksi tahun ini dan tahun depan akan kembali menaikkan Fed Rate dua sampai tiga kali lagi, dan harga komoditas yang diprediksi akan melandai tahun depan, belum lagi dampak perang dagang yang efeknya baru akan terasa beberapa waktu ke depan.
Menurut Shinta, target pertumbuhan yang ditargetkan pemerintah sebesar 5,3% akan sulit dicapai, karena tahun ini pertumbuhan Indonesia akan mendapat bantuan dari beberapa acara internasional seperti Asian Games dan IMF/WB meeting, sedangkan untuk tahun depan hanya ada pilpres yang memiliki skala besar.
"Belajar dari pilkada tahun ini, belanja kampanye tidak terlalu besar sehingga tidak terlalu banyak berpengaruh terhadap konsumsi. Ditambah lagi pemerintah juga harus merespon tekanan saat ini yang implikasinya bisa menurunkan pertumbuhan ekonomi," ujar Shinta.
Karenanya, Shinta berharap pemerintah harus meneruskan usaha yang sudah dilakukan dengan paket kebijakan ekonomi dan menghindari kebijakan-kebijakan yang dapat kontraproduktif terhadap target pertumbuhan 5,3%.
Meski begitu, Shinta memperkirakan tantangan yang akan dihadapi oleh pemerintah akan lebih besar. Karena ke depan pemerintah, karena yang dihadapi pemerintah bukan hanya soal ketidakpastian ekonomi, tetapi juga politik dengan kontestasi pilpres 2019.
"Saran kami dari dulu tidak berubah. Pemerintah harus mendorong industri yang memiliki nilai tambah tinggi dan memperbaiki faktor enabling condition untuk bisnis seperti infrastruktur fisik, dan kebijakan yang ramah bisnis, " jelas Shinta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News