kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   0,00   0,00%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Antisipasi Dampak Buruk El Nino, Kementan Lakukan Ini


Selasa, 13 Juni 2023 / 20:49 WIB
Antisipasi Dampak Buruk El Nino, Kementan Lakukan Ini
ILUSTRASI. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, fenomena cuaca ekstrem El nino berpotensi menyebabkan kekeringan lahan pertanian hingga seluas 560.000-870.000 hektare.


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fenomena cuaca ekstrem El Nino berpotensi menyebabkan kekeringan lahan pertanian hingga seluas 560.000-870.000 hektare.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan yang terjadi saat cuaca normal. Saat cuaca normal ada 200.000 hektare lahan yang kekeringan.

"Setiap kejadian El Nino ekstrem berpotensi menyebabkan kekeringan 560.000 sampai 870.000 hektare, sedangkan pada tahun normal hanya 200.000 hektare," kata Syahrul dalam Rapat Kerja bersama Komisi IV DPR RI, Selasa (13/6).

Ia melanjutkan, El Nino juga bisa menyebabkan kebakaran lahan pertanian, gagal panen, dan meningkatkan intensitas serangan hama penyakit tanaman. Adapun kekeringan ekstrem dampak dari El Nino juga berpotensi memicu terjadinya krisis pangan.

Baca Juga: Badan Pangan Nasional: Pengadaan Cadangan Pangan Utamakan Produksi Dalam Negeri

Oleh karena itu, Syahrul mengatakan perlu dilakukan antisipasi untuk mengurangi dampaknya terhadap penurunan kapasitas produksi pangan.

Kementerian Pertanian telah menyusun beberapa upaya yang dilakukan dalam mengantisipasi dan adaptasi dampak El Nino. Pertama melakukan identifikasi dan mapping lokasi terdapat kekeringan, serta mengelompokkan menjadi daerah merah kuning dan hijau.

Kedua, percepatan tanam untuk mengejar sisa hujan. Ketiga, meningkatkan ketersediaan alsintan untuk percepatan tanam. Keempat, peningkatan ketersediaan air dengan membangun atau memperbaiki embung, dam parit, sumur dalam, sumur resapan, rehabilitasi jaringan irigasi tersier serta pompanisasi.

"Kelima penyediaan benih tahan kering dan OPT. Enam, pengembangan pupuk organik dan dukungan pembiayaan KUR dan asuransi pertanian," imbuh Syahrul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×