Reporter: Ratih Waseso | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam dokumen visi misi pasangan calon presiden (capres) Anies Baswedan dan calon wakil presiden (cawapres) Muhaimin Iskandar disebutkan, mereka menargetkan pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 5,5%-6,5% per tahun selama 2025-2029.
AMIN singkatan duet Anies dan Muhaimin akan mendorong efisiensi anggaran dengan memprioritaskan belanja produktif dan menekan belanja non produktif untuk menghasilkan ruang fiskal yang lebar dan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) PDB rata-rata sebesar 5,5%-6,5% per tahun selama 2025-2029.
Analisis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution, Ronny P Sasmita menilai, target pertumbuhan ekonomi 5,5% - 6,5% cukup masuk akal. Ia mengambil contoh, jika dari target tersebut diambil titik tengahnya, maka angkanya sekitar 6%. Angka tersebut menjadi realistis untuk bisa diraih.
"Hemat saya cukup realistis untuk diraih, selama kebijakan yang diambil adalah kebijakan yang tepat di satu sisi dan dijalankan secara efektif efesien di sisi lain," kata Ronny kepada Kontan.co.id, Senin (23/10).
Baca Juga: Asal Tidak Terpecah Belah, Pemilu Dampaknya akan Baik ke Ekonomi
Ia memberi contoh, pertumbuhan konsumsi rumah tangga terjaga dengan baik di atas 5%. Maka untuk bisa tercapai, kata Ronny inflasi harus terjaga di level moderat, tidak terlalu tinggi. Salah satunya dengan keterjaminan availability komoditas pokok, stabilitas nilai tukar rupiah, dan stabilitas harga BBM.
Upaya lain untuk mencapai pertumbuhan tersebut ialah, belanja pemerintah harus ekspansif dan produktif, termasuk belanja untuk proyek infrastruktur yang fungsional terhadap perkembangan ekonomi UMKM dan masyarakat pada umumnya.
Selanjutnya adalah penerapan industrial policy yang terukur di sektor andalan. Ronny memberi contoh, misalnya sektor manufaktur, pertanian, dan pariwisata, yang didukung oleh pertumbuhan investasi yang agresif di berbagai sektor dan kebijakan moneter yang supportif terhadap dunia usaha.
"Jadi jika langkah yang diambil tepat dan dijalankan secara efektif dan konsisten, saya kira angka 6% masih sangat mungkin diraih di tahun 2025 ke atas," jelasnya.
Kemudian, jika target pertumbuhan tersebut tembus dampaknya ialah angka pengurangan pengangguran berpeluang besar tercapai. Pasalnya, target 15 juta lapangan kerja baru yang dicanangkan pasangan AMIN sangat bisa dicapai jika rata-rata pertumbuhan 6%.
"Dengan kualitas pertumbuhan yang baik, yakni ditopang investasi yang mayoritas terjadi di sektor riil, termasuk sektor jasa, bukan di sektor financial," jelasnya.
Sementara itu, dari sisi sumber pertumbuhan baru, transisi ke ekonomi hijau dan energi terbarukan bisa menjadi sumber pertumbuhan baru. Hal tersebut lantaran sektor itu membutuhkan investasi yang besar, sekaligus akan menyerap tenaga kerja yang banyak.
Tak hanya ekonomi hijau dan EBT saja, ekonomi digital juga bisa menjadi sumber pertumbuhan, karena berpotensi membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat kebanyakan. Tak lupa hilirisasi sumber daya alam serta sektor lainya, seperti sektor pertanian, juga berpotensi memberikan kontribusi pada pertumbuhan.
Sementara itu, ekonom sekaligus Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menilai, visi misi terkait target pertumbuhan ekonomi Anies masih sangat normatif dan cukup ambisius. Tak hanya visi misi untuk target pertumbuhan AMIN saja, Bhima juga menilai hal yang sama pada visi misi pasangan capres-cawapres Ganjar dan Mahfud.
"Bisa dikatakan overshoot ya," kata Bhima.
Hal tersebut lantaran, pada ekonomi global saja perekonomian diperkirakan masih melambat dalam 5 tahun ke depan, terutama karena berlanjutnya konflik geopolitik, fluktuasi harga komoditas, hingga terjadi fenomena deglobalisasi.
"Masalahnya struktur ekonomi Indonesia sangat rapuh, mulai dari industrialisasi yang macet, ketergantungan ekonomi dari komoditas olahan primer yang menunggu booming komoditas. Padahal kita kan tidak tahu booming harga CPO, batubara, nikel bertahan berapa lama. Kalau sisi permintaan globalnya turun, misalnya China ekonominya melambat maka sangat menantang bagi Indonesia untuk tumbuh diatas 5,5% apalagi 7%," jelas Bhima.
Baca Juga: Ganjar-Mahfud Janji Buka 17 Juta Lapangan Kerja dan Lanjutkan Proyek IKN
Namun, baik Anies ataupun Ganjar dalam visi misinya memang menyentuh aspek ekonomi baru seperti transisi energi atau ekonomi hijau dan ekonomi digital. Kedua hal itu dinilai penting sebagai motor pertumbuhan ekonomi.
Namun, ia mengingatkan masih ada ketergantungan teknologi impor, dan skill SDM yang berkorelasi dengan kualitas pendidikan tidak bisa selesai dalam 5 tahun.
"Belum lagi bicara soal masalah arah pembangunan infrastruktur era Jokowi yang belum sejalan dengan industrialisasi dan penurunan biaya logistik," ujarnya.
Dus, Bhima menegaskan, pekerjaan rumah pemimpin selanjutnya masih banyak. Pertama, menyelesaikan masalah lemahnya struktur ekonomi yang diwariskan era Jokowi.
Kedua, mendorong sumber ekonomi baru yang lebih berkualitas. Selain itu, harus terwujud keseimbangan antara pertumbuhan dan indikator kesejahteraan yang lebih merata.
"Kita juga tidak ingin para capres mengejar pertumbuhan tinggi tapi melupakan kualitas pertumbuhan seperti melebarnya ketimpangan, hingga masih banyaknya jumlah masyarakat rentan," kata Bhima.
Diketahui, pasangan AMIN memiliki delapan misi yang diberi nama '8 Jalan Perubahan'. Misi di sektor ekonomi ditempatkan AMIN pada posisi pertama dan kedua. Diantaranya misi pertama ialah memastikan ketersediaan kebutuhan pokok dan biaya hidup murah melalui kemandirian pangan, ketahanan energi dan kedaulatan air.
Misi kedua, yakni mengentaskan kemiskinan dengan memperluas kesempatan berusaha dan menciptakan lapangan kerja, mewujudkan upah berkeadilan, menjamin kemajuan ekonomi berbasis kemandirian dan pemerataan, serta mendukung korporasi Indonesia berhasil di negeri sendiri dan bertumbuh di kancah global.
Adapun agenda misi pertama ialah, mewujudkan kemandirian pangan, kemudahan akses hunian, ketahanan energi dan kedaulatan air.
Agenda misi kedua, diantaranya mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan melalui pendekatan multisektor dengan target menurunkan tingkat kemiskinan dari 9,36% (Maret, 2023) menjadi 4,0%-5,0% (2029); dan kemiskinan ekstrem 0% (2026).
AMIN juga mengagendakan penciptaan minimal 15 juta lapangan pekerjaan baru termasuk pekerjaan hijau/green jobs pada 2025-2029. Serta menciptakan lapangan kerja berkualitas di seluruh sektor, termasuk di sektor industri manufaktur, guna menurunkan tingkat pengangguran terbuka dari 5,45% (Feb 2023) menjadi 3,5%-4,0% (2029).
Agenda pengentasan kemiskinan salah satu ialah menerapkan upah minimum yang adil dan sesuai dengan kondisi daerah tanpa memberatkan para pemberi kerja; serta menjalankan berbagai kombinasi kebijakan untuk menurunkan tingkat ketimpangan pengeluaran (indeks Gini) dari 0,388 (2023), menjadi 0,36-0,37 (2029).
Dalam agenda kebijakan fiskal sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi dan pemerataan, salah satunya ialah mendorong efisiensi anggaran dengan memprioritaskan belanja produktif dan menekan belanja non produktif untuk menghasilkan ruang fiskal yang lebar dan pertumbuhan PDB rata-rata sebesar 5,5%-6,5% per tahun sepanjang 2025-2029.
Selain itu ada agenda kebijakan moneter yang mendukung stabilitas makro ekonomi, kesetaraan akses bagi perempuan dan kelompok rentan untuk berkarya, hilirisasi dan industrialisasi, kemudahan berusaha, pengembangan infrastruktur dan jaringan logistik serta sektor keuangan yang tangguh dan efisien.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News