Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Narita Indrastiti
KONTAN.CO.ID - NUSA DUA. Direktur Eksekutif Dana Moneter International atau International Monetary Fund (IMF) Juda Agung mengatakan bahwa anggota IMF masih belum sepakat soal kuota representatif antara negara emerging market dan negara maju di IMF.
“Negara-negara emerging di IMF masih under representative, karena saham di IMF berdasarkan size of economies. Negara yang besar tentunya mempunyai saham yang lebih besar, kontribusi lebih besar,” kata Juda di Bali, Sabtu (13/10).
Ia melanjutkan, kuota emerging markets, seperti India, Brasil, termasuk Indonesia masih lebih rendah dari yang seharusnya. Oleh sebab itu, IMF mendorong supaya disesuaikan kepemilikan sahamnya dengan menaikkan kuotanya.
“Ini kalau emerging markets naik (kuotanya), (kuota) negara maju harus turun. Kan totalnya 100%. Tarik-menariknya masih di situ,” ujarnya.
Juda menjelaskan, lantaran kuota ini menentukan saham sebuah negara di IMF, hal ini menentukan keputusan dalam diskusi di IMF.
“Negara yang punya suara lebih bisa menentukan kepututsan itu,” ucapnya.
Kuota, kata Juda, juga menentukan akses kepada keuangan IMF untuk pembiayaan dan maksimal pembiayaan yang bisa didapatkan oleh suatu negara.
“Selain itu, kuota juga bisa dipakai untuk kepegawaian. Member IMF ada 189 di mana pegawainya harus juga beragam. Harus dari semua negara. Kalau sahamnya banyak, akan banyak dari negara itu yang bekerja di IMF,” ujar dia.
Juda mengatakan, dalam annual meeting tahun ini di Bali, soal kuota ini belum ada kesepakatan. Namun, targetnya sudah disepakati di Spring AM pada April tahun depan.
“Paling lambat di AM tahun depan. Waktunya sudah mendesak. Saya mewakili 13 negara Asia Tenggara yang masih under representative akan didorong supaya bersama-sama negara berkembang, agar kuota kita meningkat,” kata Juda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News