Reporter: Irma Yani | Editor: Edy Can
JAKARTA. Cadangan devisa yang naik ternyata belum tentu hal menggembirakan. Pasalnya, melonjaknya cadangan devisa itu karena ditopang oleh utang.
Bekas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Anggito Abimanyu mengatakan, pertumbuhan cadangan devisa memang didukung oleh kinerja ekspor dan aliran modal. "Namun, total utang Indonesia juga meningkat terutama utang jangka pendek," katanya, kemarin (30/8) malam.
Pada Agustus ini, cadangan devisa naik sebesar US$ 1,61 miliar jika dibandingkan posisi pada akhir Juli lalu yang sebesar US$ 78,79 miliar. Hingga 20 Agustus 2010, Bank Indonesia (BI) mencatat cadangan devisa RI mencapai US$ 80,4 miliar. "Meningkatnya cadangan devisa diperkirakan karena masih tingginya inflow dan penerimaan migas," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi Agus Sarwono, beberapa waktu lalu.
Anggito menuturkan, cadangan devisa yang ditopang oleh arus modal jangka pendek sangat rentan. Dia menilai, kenaikan itu akan memakan ongkos yang mahal. ”Kita harus melihat lebih mendetail lagi, cadangan devisa US$ 80 milliar itu bukan cadangan tanpa resiko tetapi dengan resiko. Resiko keuangan terhadap pembalikan meningkat,” ucapnya.
Menurutnya, seharusnya kenaikan cadangan devisa ini didorong oleh kinerja ekspor impor, dibandingkan didorong oleh utang. Sayangnya, neraca transaksi berjalan untuk ekspor impor turun dari US$ 10,7 milliar turun menjadi US$ 4,9 milliar.
Sekretaris Menteri PPN/Sekretaris Utama Bappenas Syahrial Loetan membenarkan jik cadangan devisa lebih banyak ditopang oleh arus dana asing ketimbang kinerja ekspor. Dia mengakui, kinerja ekspor masih rendah karena negara-negara tujuan ekspor sedang mengalami kelemahan ekonomi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News