kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Anas: Yang berkuasa sering menyadap lawan-lawannya


Sabtu, 23 November 2013 / 09:29 WIB
Anas: Yang berkuasa sering menyadap lawan-lawannya
ILUSTRASI. Produk perabotan dari Kedaung Indah Can


Sumber: TribunNews.co | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Sejak didirikan, Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) selalu menggelar berbagai diskusi dan dialog dengan mengangkat tema yang sedang ramai diperbincangkan.

Ketua Presidium PPI Anas Urbaningrum mengaku sempat bingung untuk menggelar diskusi yang akhirnya mengambil tema 'Penyadapan dan Diplomasi Kita', Jumat (22/11/2013).

Dalam sambutannya, mantan Ketua Umum Partai Demokrat itu mengakui bahwa untuk menentukan tema penyadapan kali ini membutuhkan waktu yang cukup lama.

Pasalnya, ada dua hal yang awalnya yang harus dipilih untuk diperbincangkan, yakni isu penyadapan badan intelijen Australia terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan isu Century.

Namun, pada akhirnya, terpilihlah isu penyadapan yang dinilai lebih menarik ketimbang isu Century.

"Soal penyadapan isu yang menarik. Pertimbangannya adalah, jangan-jangan dari penyadapan itu dapat bahan juga dari (kasus) Century?" kata Anas di Rumah Pergerakan di Teluk Langsa, Duren Sawit, Jakarta Timur, Jumat (22/11/2013).

Anas menyebutkan, saat ini pemerintah Indonesia lebih mementingkan kasus penyadapan ketimbang kasus-kasus lainnya yang ada di Indonesia. Padahal, sadap menyadap adalah bukan merupakan hal yang aneh.

"Di sini kita bahas apa betul Australia diperintah Amerika untuk menyadap. Jika betul, maka yang harus dimarahi bukan hanya Australia. Sering ditemukan data, yang berkuasa sering menyadap lawan-lawannya," jelasnya.

Dalam diskusi tersebut, menghadirkan Ketua Komisi I DPR RI, Mahfuz Sidiq dan mantan juru bicara era Presiden Abdurrahman Wahid, Adhie Massardi.

Sekjen Majelis Kedaulatan Rakyat Indonesia (MKRI) Adhie Massardi menilai, reaksi berlebihan terhadap isu penyadapan oleh intelijen Australia yang kini tengah ramai diperbincangkan memiliki tujuan pengalihan isu korupsi besar.

Dia mengungkapkan, ada tujuan khusus dari reaksi yang terkesan berlebihan untuk menutupi kasus korupsi yang mulai ramai menyeret nama petinggi negeri ini.
 
"Makanya itu, jangan sampai isu penyadapan ini menjadi pengalihan isu kasus korupsi besar. Penyadapan ini bukan hal baru di Indonesia. Sejak dulu Indonesia memang telah disadap," ujar Adhie.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×