kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis asing mencurigai kebenaran data PDB Indonesia yang stabil di level 5%


Rabu, 06 November 2019 / 07:20 WIB
Analis asing mencurigai kebenaran data PDB Indonesia yang stabil di level 5%
Kepala BPS Suhariyanto dan jajaran BPS saat paparan pertumbuhan ekonomi kuartal III-2019 di Jakarta, Selasa (5/11).


Sumber: Reuters,Bloomberg,Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang bergerak stabil di level 5% menimbulkan kecurigaan analis asing. Seperti yang diberitakan KONTAN kemarin, Badan Pusat Statistik  (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal III-2019 sebesar 5,02% secara tahunan (yoy). Sementara, bila dibanding kuartal sebelumnya, ekonomi tumbuh 3,06% (q to q).

Dalam siaran persnya kemarin, Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto mengatakan, bila melihat dari sumber pertumbuhan ekonomi, konsumsi rumah tangga masih menjadi penyumbang terbesar terhadap PDB dengan sumber petumbuhan sebesra 2,69%, disusul pembentukan modal bruto (PMTB) yang tumbuh 1,38%. 

Baca Juga: Pengangguran tercatat naik meski TPT turun tipis, ini kata BPS dan ekonom

Namun, sejumlah analis asing meragukan kebenaran angka yang dirilis BPS. “Kami tidak memiliki kepercayaan yang cukup pada angka-angka resmi PDB Indonesia, yang terlihat stabil selama beberapa tahun terakhir,” ujar Gareth Leather, seorang ekonom di Capital Economics Ltd. di London seperti yang dikutip dari Bloomberg.

Dia beralasan,  pelacak aktivitas dari Capital Economics, yang menghitung berdasarkan pada indikator bulanan, menunjukkan pertumbuhan PDB Indonesia mengalami perlambatan tajam selama setahun terakhir.

Jika dilihat secara historis, pada kuartal III tahun lalu, PDB Indonesia naik 5,02%, sedikit berubah dari level 5,05% pada kuartal kedua dan 5,07% dalam tiga bulan pertama tahun lalu. Pertumbuhan PDB bergerak moderat di level 5% sejak Presiden Joko Widodo mulai menjabat pada tahun 2014.

Baca Juga: Pertumbuhan ekonomi 5,02%, sektor saham ini bisa jadi pilihan

Trinh Nguyen, seorang ekonom dari Natixis SA di Hong Kong, juga mempertanyakan angka-angka tersebut dalam sebuah postingannya di Twitter.

"Saya tidak tahu bagaimana ekonomi dapat tumbuh pada tingkat yang sama untuk waktu yang lama. Tetapi Indonesia mengalami hal itu," katanya seperti yang dikutip Bloomberg. "Pengeluaran pemerintah lemah, investasi melambat,  dan impor juga mengalami pelemahan."

Baca Juga: PDB naik tipis, belanja pemerintah malah melambat

Sesuai estimasi

Kendati demikian, angka-angka resmi yang dirilis oleh BPS sejalan dengan estimasi survei Reuters. Mengutip Reuters, nilai tengah 17 analis memprediksi, PDB Indonesia pada kuartal III akan tumbuh 5,01% dalam basis year on year. 

"Meskipun data menunjukkan bahwa pertumbuhan investasi telah stabil, namun data penjualan ritel bulanan dan sinyal kepercayaan konsumen yang melambat menunjukkan bahwa pertumbuhan konsumsi swasta telah menurun," tulis ANZ dalam catatan kepada klien pada hari Jumat akhir pekan lalu. ANZ menggambarkan perkiraan pertumbuhan 5,02% sebagai pertumbuhan yang "lamban" .

Baca Juga: Ekonomi Indonesia melambat di kuartal III 2019, tim ekonomi harus bergerak cepat

ANZ menjelaskan, pada dua kuartal pertama tahun ini, tingkat konsumsi rumah tangga yang menyumbang lebih dari setengah PDB Indonesia, didorong oleh pengeluaran terkait pemilu. Nah, kini, pengeluaran tersebut telah mengering di kuartal ketiga.

Sedangkan indikator konsumsi yang dapat dilihat dari penjualan sepeda motor dan mobil, masing-masing mengalami kontraksi 1,5% dan 10% pada kuartal Juli hingga September. Sementara penjualan ritel nyaris tidak naik. 

Estimasi serupa juga tampak dalam hasil survei Bloomberg yang menunjukkan nilai median PDB oleh sejumlah ekonom berada di level 5%.

Baca Juga: Genjot konsumsi, anggota DPR ini sarankan pemerintah naikkan batas PTKP pada 2020

Tanggapan BPS

Menanggapi hal itu, Suhariyanto, kepala Statistik Indonesia, mengatakan perhitungan PDB dilakukan sesuai dengan pedoman yang ketat dan dipantau secara independen oleh banyak lembaga, termasuk Dana Moneter Internasional (IMF).

"Jika saya melakukan sesuatu dengan data, IMF akan mengetahuinya," kata Suhariyanto kepada wartawan di Jakarta. "Dan jika itu terjadi, bukan hanya BPS yang akan menanggung rasa malu. Apa yang saya lindungi bukan hanya kredibilitas BPS, tetapi juga kredibilitas negara," jelasnya seperti yang dikutip Kompas.com.

Baca Juga: Danareksa Research Institute: Untuk tekan defisit, RI mesti dorong investasi langsung

Namun Suhariyanto mengakui, angka PDB terakhir menunjukkan adanya perlambatan pertumbuhan yang “curam” dari kuartal ketiga 2018 ke kuartal ketiga tahun ini, meskipun konsumsi, yang memberikan kontribusi 56% terhadap PDB, masih bertahan. "Ketegangan perdagangan telah mengganggu pertumbuhan di negara maju dan berkembang, termasuk Indonesia," katanya.

Dalam memperhitungan PDB, BPS menghitung secara manual semua indikator makro ekonomi, mulai dari konsumsi rumah tangga, konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT), investasi, inflasi, ekspor-impor, dan sebagainya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×