Sumber: Reuters,Bloomberg,Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Tanggapan BPS
Menanggapi hal itu, Suhariyanto, kepala Statistik Indonesia, mengatakan perhitungan PDB dilakukan sesuai dengan pedoman yang ketat dan dipantau secara independen oleh banyak lembaga, termasuk Dana Moneter Internasional (IMF).
"Jika saya melakukan sesuatu dengan data, IMF akan mengetahuinya," kata Suhariyanto kepada wartawan di Jakarta. "Dan jika itu terjadi, bukan hanya BPS yang akan menanggung rasa malu. Apa yang saya lindungi bukan hanya kredibilitas BPS, tetapi juga kredibilitas negara," jelasnya seperti yang dikutip Kompas.com.
Baca Juga: Danareksa Research Institute: Untuk tekan defisit, RI mesti dorong investasi langsung
Namun Suhariyanto mengakui, angka PDB terakhir menunjukkan adanya perlambatan pertumbuhan yang “curam” dari kuartal ketiga 2018 ke kuartal ketiga tahun ini, meskipun konsumsi, yang memberikan kontribusi 56% terhadap PDB, masih bertahan. "Ketegangan perdagangan telah mengganggu pertumbuhan di negara maju dan berkembang, termasuk Indonesia," katanya.
Dalam memperhitungan PDB, BPS menghitung secara manual semua indikator makro ekonomi, mulai dari konsumsi rumah tangga, konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT), investasi, inflasi, ekspor-impor, dan sebagainya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News