kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.924.000   -21.000   -1,08%
  • USD/IDR 16.319   0,00   0,00%
  • IDX 7.792   185,77   2,44%
  • KOMPAS100 1.105   23,32   2,16%
  • LQ45 823   23,67   2,96%
  • ISSI 258   4,00   1,58%
  • IDX30 426   12,56   3,04%
  • IDXHIDIV20 488   14,77   3,12%
  • IDX80 123   2,78   2,31%
  • IDXV30 127   1,15   0,91%
  • IDXQ30 137   4,21   3,18%

World Bank: Rupiah kuat jika defisit bisa diatasi


Senin, 07 Oktober 2013 / 14:20 WIB
World Bank: Rupiah kuat jika defisit bisa diatasi
ILUSTRASI. Promo Indomaret Bulan Ini Periode 1-15 Juni 2022


Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Bank Dunia memprediksi kondisi ekonomi pasar dunia masih akan terus bergejolak dalam dua tahun mendatang. Hal itu penting untuk diperhatikan bagi negara-negara yang mengalami kemerosotan nilai tukar mata uang seperti Indonesia.

Lead Economist Bank Dunia untuk Indonesia, Ndiame Diop mengatakan, nilai tukar rupiah sangat rentan dan bisa kembali tertekan, kecuali pemerintah Indonesia dapat memastikan mengurangi defisit neraca transaksi berjalan (current account).

"Jika transaksi berjalan Indonesia masih defisit, maka nilai tukar rupiah melemah. Tapi kalau pemerintah bisa mengatasi defisit dalam neraca transaksi berjalan, maka nilai tukar rupiah menguat. Kuncinya ada di pemerintah bagaimana pemerintah mengatasi defisit dalam neraca perdagangan," kata Diop dalam konferensi pers Bank Dunia, di BEI, Jakarta, Senin (7/10/2013).

Sayangnya, perbaikan neraca transaksi berjalan ini masih cukup sulit, lantaran kinerja ekspor Indonesia yang masih tergantung pada raw material (bahan mentah).

Padahal, nilai bahan mentah itu sangat tergantung harga komoditas dunia. "Kami belum melihat adanya perbaikan dalam kinerja ekspor Indonesia satu, dua tahun mendatang. 60 persen ekspor Indonesia masih tergantung harga komoditas," kata Diop ketika ditanyakan proyeksi Bank Dunia perihal kinerja ekspor Indonesia.

Pemerintah Indonesia pun diharapkan mampu menambah nilai barang-barang komoditas ekspor.

Bank Dunia memroyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan pada 2013, di kisaran 5,6 persen dan pada 2014 di level 5,3 persen. (Estu Suryowati/Kompas.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×