Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Bank Dunia menilai demo buruh yang marak terjadi di Indonesia adalah sesuatu yang manusiawi. Namun, untuk memenuhi tuntutan itu, harus dibarengi peningkatan produktifitas.
Lead Economist Bank Dunia untuk Indonesia, Ndiame Diop, menyatakan kenaikan upah minimum memang harus sesuai dengan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Tetapi, kenaikan upah minimum itu juga harus konsisten dengan kenaikan produktivitas buruh.
"Harus dilihat juga sektornya. Karena jika tidak, hanya menimbulkan trouble dalam bisnis dan menimbulkan PHK," jelasnya, Senin (7/10/2013).
Ia mengatakan, dengan peningkatan produktivitas tersebut, maka akan berdampak positif terhadap pengusaha dan perekonomian. Buruh pun juga tak kehilangan pekerjaan.
Sebagaimana diketahui, akhir-akhir ini sejumlah serikat buruh dan federasi marak menggelar aksi tuntut upah minimun, sebesar 50 persen pada 2014. Menurut massa aksi dan organisasi yang menaungi mereka, 60 item kebutuhan hidup layak (KHL) sudah tak sesuai, dan seharusnya ditambah menjadi 84 item KHL.
Massa aksi dan organisasi yang menuntut kenaikan upah minimum acapkali berdalih pertumbuhan ekonomi Indonesia terbesar kedua dunia, dengan pendapatan domestik bruto terbesar ke-16.
Selain itu, pemerintah juga dituding melakukan kongkalikong dengan asosiasi pengusaha melanggengkan kebijakan upah murah. Di sisi lain, pengusaha mengeluhkan kenaikan tarif dasar listrik serta adanya depresiasi nilai tukar rupiah atas dollar AS.
Sebagai informasi, Bank Dunia baru saja merilis proyeksi pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia Timur-Pasifik. Diproyeksikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2013 mengalami perlambatan menjadi 5,6 persen, dari yang tadinya 6,2 persen pada 2012. Sementara itu, pada 2014 mendatang, pertumbuhan ekonomi kembali diprediksikan melambat menjadi 5,3 persen. (Estu Suryowati/Kompas.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News