kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Wawan operator lapangan dinasti politik Ratu Atut


Selasa, 08 Oktober 2013 / 10:13 WIB
Wawan operator lapangan dinasti politik Ratu Atut
ILUSTRASI. Film Enola Holmes di Netflix yang dibintangi Millie Bobby Brown adalah salah satu film dengan tema detektif yang memiliki cerita seru untuk ditonton.


Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, Saleh Partaonan Daulay, mengatakan tertangkapnya Tubagus Chaery Wardana alias Wawan, adik Gubernur Banten Ratut Atut Chosiyah, oleh KPK merupakan momentum keruntuhan dinasti politik keluarga Atut di Banten.

"Walau sebelumnya keberadaan dinasti politik itu sudah banyak dikritik, namun gerakan penolakan yang muncul masih bersifat parsial dan tidak terorganisir secara baik," kata Saleh dalam keterangannya, Selasa (8/10/2013).

Selain itu, menurut Saleh, kehadiran dinasti tersebut berlindung di bawah instrumen demokrasi. "Meski banyak yang tidak setuju, namun karena diperoleh berdasarkan aturan demokrasi, mereka yang tidak setuju tidak bisa berbuat apa-apa,' kata Saleh.

Dengan tertangkapnya Tubagus (Wawan), Saleh mengatakan keberadaan dinasti politik keluarga Atut di Banten menjadi terbuka secara luas."Mereka yang tadinya hanya berani bisik-bisik, sekarang sudah berani bicara lantang di media," kata dia.

Dengan begitu, lanjut Saleh, kesadaran masyarakat atas adanya penyimpangan politik di Banten menjadi terbangun.

"Selama ini, Wawan itu dikenal sebagai orang yang paling berperan di dalam dinasti politik keluarga Atut. Dia lebih tepat disebut sebagai operator lapangan. Selain berperan untuk memperluas dinastinya melalui pilkada-pilkada, dia juga dikenal sebagai orang yang memonopoli proyek-proyek pembangunan pemerintah yang ada di bawah kendali dinasti keluarganya," kata Saleh.

Apa pun ceritanya, menurut Saleh, dinasti-dinasti politik di Indonesia dibangun secara tidak fair."Adalah fakta bahwa dinasti politik itu bisa dibangun hanya dengan memanfaatkan kekuatan politik yang ada sebelumnya," kata dia.

Dalam hal ini, menurut Saleh, Atut sebagai Gubernur Banten dianggap sebagai payung dan sandaran utama mereka dalam memperluas kekuasaan di Banten. Terbukti, setelah Atut menjadi pelaksana Gubernur Banten waktu itu, barulah dinasti itu perlahan bisa dibangun hingga menggurita seperti sekarang.

"Kalau Atut tidak menjabat gubernur, rasanya tidak mungkin dia memposisikan keluarganya pada jabatan-jabatan penting dan strategis di Banten. Itu saja sudah menjadi bukti adanya unfairness dalam dinasti politik keluarganya," kata dia. (Tribunnews)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×